Cerpen oleh Puguh Utomo
Di
sebuah madrasah aliyah yang terletak di sebuah kabupaten, terdapat seorang guru
bernama Bapak Arif. Bapak Arif dikenal sebagai sosok yang penuh semangat dan
dedikasi dalam mengajar. Wajahnya selalu bersemangat setiap kali ia masuk ke
dalam kelas. Sudah lebih dari 10 tahun ini Bapak Arif menjalani profesinya
sebagai guru, sampai saat ini. Guru adalah profesi impiannya sejak duduk di
sekolah menengah atas.
Hari
itu, di kelasnya yang ramai, Bapak Arif memulai pelajaran. Dengan penuh
antusiasme, ia membagikan pengetahuan dan wawasannya kepada para siswa. Ia
tidak hanya mengajar pelajaran, tetapi juga berbagi nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya.
Salah
satu siswa di kelasnya, Maya, sering kali merasa kesulitan dalam memahami
pelajarannya. Terkadang nilai ujiannya kurang. Bapak Arif tahu Maya anaknya
jujur meski secara akademis kemampuannya kurang. Namun, Bapak Arif tidak marah
padanya. Ia terus mendorong Maya untuk tetap semangat dan mengerjakan setiap
tugas sebaik-baiknya. Bapak Arif sadar setiap peserta didik memiliki kelebihan
dan kelemahan masing-masing.
Sementara
itu, Rizky, seorang siswa yang cerdas tetapi cenderung malas, juga menjadi
tantangan bagi Bapak Arif. Namun, dengan kesabaran dan ketekunan, Bapak Arif berusaha
memotivasi Rizky untuk mengoptimalkan potensinya. Ia memberikan tantangan yang
menarik bagi Rizky dan memberikan pujian setiap kali Rizky menunjukkan
kemajuan.
Bapak
Arif dikenal ramah di mata anak-anak. Namun, Bapak Arif merasa terkadang sikap “ramah”
itu disalahgunakan oleh anak dengan sikap “remeh”. Misalnya ada oknum anak yang
menganggap jika tidak mengerjakan tugas paling tidak dimarahi oleh Bapak Arif.
Di
luar ruang kelas, Bapak Arif juga terlibat dalam kegiatan di sekolah. Ia
menjadi pembimbing ekstrakurikuler jurnalistik. Sudah lebih dari 5 tahun Bapak
Arif menjadi pembina jurnalistik. Karena itu pula Bapak Arif masuk tim
publikasi website dan sosial media madrasah. Ia percaya bahwa pendidikan tidak
hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman di luar kelas yang
melibatkan siswa secara aktif.
Bapak
Arif berusaha menggunakan perkembangan teknologi informasi dalam
pembelajarannya. Tujuannya antara lain agar siswa siswinya tidak jenuh dalam
belajar. Misalnya menggunakan teka teki silang online. Siswa siswinya
mengerjakan di ponselnya dengan jaringan data internet. Sesekali Bapak Arif
menyampaikan pandangannya melalui tulisan di blogspotnya.
Bapak
Arif sadar dirinya manusia biasa yang tidak sempurna. Terkadang karena sesuatu
hal, dirinya terlambat masuk kelas. Di depan kelas, tidak selalu sesuai harapan
siswa siswinya. Juga tidak selalu sesuai harapan di madrasah tempat Bapak Arif
mengajar. Saat mengajar, dirinya merasa harus bisa menghibur, menginformasikan,
memberi teladan, menginspirasi, memotivasi, menilai, mengevaluasi peserta
didiknya. Namun, dia sadar itu tidak selalu bisa ia terapkan di setiap masuk
jam pelajarannya.
Ia
sadar pula, tidak selalu bisa mempraktikkan 4 kompetensi guru yang meliputi
pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Terkadang Bapak Arif
berkata-kata dalam hati. Ia mampu mengajar dan mendidik. Namun, lebih sulit
adalah mengajar dan mendidik dirinya sendiri.
Suatu
hari, usai pelajaran di kelas, saat Bapak Arif akan meninggalkan ruang kelas,
beberapa anak mengatakan pada Bapak Arif. "Terima kasih, Pak Arif.”
Kemudian ada satu anak yang mengatakan. “Bapak tidak hanya mengajarkan kami pelajaran,
tetapi juga menginspirasi kami untuk menjadi yang terbaik," ucap salah
satu anak itu dengan tulus.
Bapak
Arif tersenyum lebar mendengar ucapan anak tersebut. "Kalian semua adalah
masa depan bangsa ini. Saya hanya berusaha membantu kalian menemukan potensi
terbaik dalam diri kalian," jawabnya dengan rendah hati.
Seiring
berjalannya waktu, para siswa yang pernah diajar oleh Bapak Arif mulai meniti
karier mereka masing-masing. Beberapa menjadi guru, sementara yang lain meraih
kesuksesan di bidang lain. Namun, satu hal yang mereka semua yakini adalah
peran yang dimainkan oleh Bapak Arif dalam membimbing mereka.
Dalam
setiap langkah yang diambilnya, Bapak Arif membangun harapan, memicu inspirasi,
dan membingkai masa depan generasi muda. Baginya, menjadi seorang guru bukanlah
sekadar pekerjaan, tetapi panggilan jiwa untuk mewujudkan perubahan positif
dalam masyarakat melalui pendidikan.