Jumat, 21 Januari 2011

Kecelakaan di Jalan


Gambar diunggah dari sini.

Kecelakaan di Jalan

Saya sering tertarik mengikuti berita tentang kronologi kecelakaan di media. Khususnya kecelakaan motor maupun mobil di jalan. Mengingat saya juga pengendara motor juga pengendara roda empat jenis pikap. Bukan berarti saya senang dengan peristiwa kecelakaan. Namun, dari berita-berita kecelakaan itu saya dapat belajar agar terhindar dari kecelakaan yang serupa.

Jika mencari di mesin pencari di internet maka banyak tips untuk menghindari kecelakaan. Misalnya dikatakan, banyak kasus kecelakaan, baik roda dua maupun roda empat terjadi saat pengendara menyalip. Karena itu, sebelum menyalip kendaraan lain agar memastikan tidak ada kendaraan dari arah yang berlawanan. Intinya pengendara harus hati-hati.

Seringkali dikatakan kecelakaan bisa disebabkan oleh kondisi kendaraan, kondisi jalan, kondisi cuaca, dan keadaan pengendara sendiri. Boleh jadi kita sebagai pengendara sudah memperhitungkan berbagai kondisi tersebut. Akan tetapi, pengendara yang lain belum tentu memperhatikannya. Karenanya pengendara lain juga bisa mencelakai diri kita. Jadi, kasus demi kasus kecelakaan tidak disebabkan oleh satu faktor saja.

Terkadang sudah hati-hati, tetapi nasib juga berkata lain sebagaimana faktor lain itu tadi. Artinya, pengendara sudah berhati-hati. Risiko kecelakaan juga dimungkinkan kecil terjadi. Namun, kecelakaan toh akhirnya terjadi. Entah kendaraan lecet, pengendara mengalami rasa sakit karena luka, pengendara trauma, bahkan nyawa sampai melayang. Namun, ini bukan berarti ke-hati-hati-an itu tidak diperlukan.

Pada dasarnya setiap pengendara harus berkesadaran. Maksudnya, pengendara sendiri harus sadar agar dirinya tidak celaka saat berkendara. Misalnya, pengetahuan rambu-rambu lalu lintas seperti jangan menerobos lampu lalu lintas saat lampu sedang merah. Juga pengendara tidak dalam keadaan mabuk maupun mengantuk saat mengendarai kendaraan. Kondisi kendaraan seperti keadaan rem hendaknya juga diperhatikan oleh seorang pengendara.

Di balik itu, kita memang mudah menemukan kiat agar terhindar dari kecelakaan di jalan. Namun, tampaknya masih sulit menemukan tulisan yang mengulas kiat saat terjadi kecelakaan. Dalam kasus tertentu saat kita mengalami kecelakaan di jalan dan kita tidak sadarkan diri, barang seperti dompet kita bisa dijarah orang. Dalam kasus tertentu pula, orang bisa memukuli dan menghajar secara beramai-ramai pada pengendara yang menabrak orang lain. Terkadang dua orang yang terlibat dalam kecelakaan bisa saling adu mulut.

Di antara kita mungkin juga tidak begitu tahu bagaimana prosedur kepolisian lalu lintas dalam menangani kasus kecelakaan. Dalam pemberitaan media, kendaraan yang menabarak bisa ditahan oleh kepolisian. Mungkin di antara kita juga pernah mengalami kita membayar uang tertentu pada polisi atas kecelakaan yang kita alami. Karena itu, terkadang suatu kasus kecelakaan tidak dibawa sampai pada kepolisian. Cukup lewat kesepakatan di antara dua pihak yang terlibat dalam kecelakaan.

Di antara kasus kecelakaan adalah tabrak lari. Seorang pengendara, entah roda empat maupun roda dua menabrak pengendara lainnya dan langsung melarikan diri. Umumnya pengendara yang kabur ini panik dan takut. Jika dia tidak melarikan diri maka dia harus bertanggung jawab. Biasanya dalam bentuk uang.

Agaknya pengendara yang kabur ini sering luput dari media. Media sering memberitakan waktu, tempat, dan kronologi kecelakaan saja. Namun, bisa jadi pelaku tabrak lari ini memang tidak bisa ditemukan. Katanya, jika pengendara roda empat menabrak pengendara roda dua maka pengendara roda empat harus bertanggungjawab meskipun kesalahannya pada pengendara roda dua.


Rabu, 12 Januari 2011

Indekos

Indekos

Lewat judul itu saya ingin berbagi pengalaman saat saya indekos antara Juni 2003 sampai dengan Mei 2009. Selama enam tahun itu, saya pernah indekos. Indekos adalah keharusan sebab tidak mungkin jika kuliah di Jember, saya pulang pergi Nganjuk-Jember setiap hari. Pengalaman ini boleh jadi biasa-biasa saja. Mungkin juga terkesan saya mengungkit-ungkit masa lalu yang hendaknya tidak perlu dituliskan. Namun, saya ingin menuliskannya.

Dalam percakapan, kita biasanya memakai kata “kos”. Akan tetapi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB, 2002) tertulis “indekos”. Namun, sebuah surat kabar lebih memakai kata “kos-kosan”. Indekos merupakan bentuk menyewa tempat. Umumnya kamar tidur dalam jangka waktu tertentu. Biasanya jangka waktunya lama. Beberapa bulan atau beberapa tahun. Jadi berbeda dengan sewa kamar hotel. Kontrak juga seperti kos, tetapi biasanya yang dikontrak itu sebuah rumah.

Ada lagi asrama. Asrama biasanya milik sebuah lembaga. Umumnya milik kampus. Saat saya kuliah dulu juga ada sejumlah teman-teman yang mondok, yakni berada di sebuah pesantren. Juga dikenal dengan pesantren pelajar dan mahasiswa. Sementara itu, sebagian kecil mahasiswa ikut saudaranya. Di antara semua sistem itu, sistem indekos ini pula yang terbanyak jumlahnya saat saya kuliah dulu.

Namun, saya ingin bercerita tentang indekos saja. Saat itu, Juni 2003 saya dicarikan indekos dengan sewa kamar Rp 100.000,- per bulan. Untuk bulan Juni itu pemilik indekos meminta uang muka jika ingin menempati indekos itu. Saat itu saya memberikan uang Rp 100.000,- untuk bulan Juni meskipun belum menempatinya. Jumlah itu sebetulnya terserah saya. Kegiatan untuk mahasiswa baru sendiri dimulai Juli 2003.

Uang muka itu oleh pemilik kos sebagai bukti saya sungguh-sungguh menempati indekos itu. Jika saya tidak memberi uang muka, pemilik kos bisa saja memberikan kamar pada orang lain yang mencari setelah saya. Selain itu, pemilik kos juga tidak mau rugi.

Saat saya menempati bulan Juli, beberapa hari setelah saya tempati, seingat saya pemilik kos meminta membayar untuk lima bulan ke depan. Sebelumnya pemilik kos tidak memberitahu cara pembayaran seperti itu. Pembayaran seperti ini sebetulnya merugikan saya. Jika dalam dua bulan ke depan misalkan saya tidak kerasan dan ingin pindah maka saya tidak bisa.

Akhirnya saya menuruti pemilik indekos. Juli 2003 itu, saya tinggal di tempat yang baru. Orang-orang yang baru, entah asal daerahnya, jurusan kuliahnya, dan lain sebagainya. Di antara mereka ada yang dari Trenggalek (Jawa Timur), Kudus (Jawa Tengah), Bangkalan (Madura), Surabaya, Malang (Jawa Timur), Tuban (Jawa Timur), Sleman (Jawa Tengah), Kalimantan dan lain sebagainya.

Layaknya anak kos, banyak suka duka yang dialami. Sukanya misalnya jika ada salah seorang teman kos yang merayakan ulang tahunnya dengan acara traktiran. Dukanya, misalnya harus antre saat mandi. Terkadang saat sore, air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tidak mengalir dengan deras. Baru mengalir menjelang maghrib.

Konflik dan masalah bisa muncul di mana saja dan kapan saja. Tak terkecuali dalam lingkungan indekos. Misalnya, konflik sesama anak kos menyangkut sifat setiap anak kos. Bisa juga konflik antara anak kos dan pemilik kos, misalnya menyangkut tanggal pembayaran sewa kos. Kiranya konflik itu menjadi hal biasa yang terjadi dalam lingkungan indekos.

Tempat kos juga menyangkut kecocokan atau kepuasan anak kos. Pertengahan 2004 saya pindah untuk pertama kalinya dari indekos. Alasannya, antara lain, di indekos yang lama tidak boleh membawa komputer. Air PDAM yang saat sore terkadang hanya mengalir kecil juga menjadi salah satu alasan kepindahan saya.

Di indekos yang baru, saya sempat pindah kamar sebanyak tiga kali. Alasannya, kepindahan saya itu bertepatan dengan renovasi indekos. Di indekos yang baru ini saya tidak harus membayar sewa kamar untuk lima bulan ke depan. Cukup membayar satu bulan pertama. Seingat saya saat itu satu bulan Rp 100.000,- per bulan untuk yang membawa komputer. Umumnya, setiap pemilik indekos punya aturan sendiri terkait dengan tempat indekos.

Di indekos yang baru ini saya memang lebih leluasa sebagai anak kos. Misalnya, dibolehkan membawa komputer. Namun, kira-kira pada awal 2007 saya pindah lagi. Alasan utamanya, daya listrik yang 900 watt di indekos ini tidak kuat untuk penghuni 20 orang sehingga sering padam. Apalagi saat itu ada tiga komputer.

Baik kepindahan pertama maupun kepindahan kedua ini sama-sama berat. Artinya, terkadang berat meninggalkan teman-teman kos yang sudah lama berteman. Di samping itu, kepindahan kos ini juga harus memindah barang-barang. Misalnya, satu unit komputer, puluhan buku, pakaian, kertas, dan lain sebagainya. Kepindahan yang kedua ini saya delapan kali bolak-balik naik motor untuk mengangkut barang.

Saya pindah ke indekos yang baru yang berpenghuni tiga orang, termasuk saya. Jaraknya sekitar 2 km dari indekos yang lama. Dua orang itu sudah bekerja. Syukurlah di indekos yang kali ketiga saya pindah ini saya dapat leluasa memakai komputer. Tanpa sering terjadi pemadaman. Di indekos ini pun saya juga cukup membayar bulan pertama saat saya baru menempati.

Suasana kos yang hening, jendela di sisi utara kamar yang menghadap pekarangan, dan ibu kos yang baik membuat saya betah tinggal di indekos itu, sampai saya lulus kuliah dan tidak kos lagi. Air PDAM pun mengalir dengan lancar. Mandi pun tidak perlu antre lagi. Meskipun demikian, kakus yang hanya terbuat dari semen kurang menyenangkan.




Senin, 10 Januari 2011

Gambaran Pekerjaan

Gambaran Pekerjaan

Akhir Desember 2010 yang lalu di sebuah warung internet (warnet) langganan saya ada sebuah pamflet. Pamflet yang berisi tentang lowongan pekerjaan itu dipasang di dinding depan warnet. Perusahaan itu mencari lulusan diploma. Saya lupa diploma berapa. Juga mencari lulusan sarjana (S-1) semua jurusan. Gajinya pun terbilang tinggi, mencapai Rp 2 juta.

Perusahaan itu tengah membuka cabang di banyak kabupaten di Jawa Timur. Perusahaan yang kantor pusatnya di Surabaya itu bergerak di bidang development dan jasa. Dalam pamflet itu juga tertulis “development”. Jika di-Indonesia-kan menjadi “perkembangan”.

Saya sempat bertanya pada saudari saya. Perusahaan itu bergerak dalam bidang apa. Saya memintanya mencari di internet. Namun, dia tidak menemukannya. Dia menduga perusahaan itu mencari orang-orang untuk bekerja pada sebuah tempat. Saya juga mencari di internet, juga tidak menemukannya. Saya juga bertanya pada sejumlah teman saya. Namun, mereka tidak tahu. Mereka juga tidak tahu tentang nama perusahaan tersebut.

Kamis, 6 Januari 2011 saya mengirim SMS pada teman saya yang bekerja pada sebuah bank nasional. Saya bertanya padanya apakah dia memiliki informasi mengenai pekerjaan di bidang pemasaran pada sebuah penerbit. Dia juga tak tahu. Dia meminta saya mencari jobdes (job description) di internet. Jobdes atau gambaran pekerjaan. Namun, saya tidak menemukannya di internet.

Memang, umumnya seseorang dianggap sudah tahu gambaran pekerjaan sebelum dirinya memilih pekerjaan itu. Misalnya pekerjaan menjadi wartawan yang tugasnya mencari, menyeleksi, dan memberitakan kepada masyarakat. Seorang guru tugas atau gambaran kerjanya mengajar di kelas, menulis, memberi teladan pada muridnya, dan lain sebagainya.

Jadi, gambaran pekerjaan ini tidak perlu diuraikan. Apalagi secara rinci. Seseorang dianggap bisa menyesuaikan diri dengan suatu pekerjaan. Terlebih pekerjaan-pekerjaan yang memiliki reputasi yang baik dan sudah umum diketahui oleh masyarakat. Entah itu swasta maupun negeri. Namun, terkadang profil tempat kerja yang ber-reputasi baik ini seleksi pekerjanya juga ketat. Misalnya, seleksi CPNS pada kementerian.

Lagi pula, seseorang akan mengetahui sendiri saat dirinya sudah bekerja. Bisa-bisa seseorang yang ingin mengetahui gambaran suatu pekerjaan dinilai terlalu pilih-pilih. Intinya gambaran pekerjaan itu bisa jadi satu bagian saja dari dunia pekerjaan.

Di sisi yang lain, tidak setiap orang mengetahui gambaran sebuah pekerjaan. Sekali lagi, dalam proses kehidupannya pengalaman setiap orang tentang karier atau pekerjaan bisa berbeda-beda. Antara keterdesakan dengan ketulusan mencintai pekerjaan bisa campur aduk. Gambaran setiap pekerjaan juga bisa berbeda-beda. Boleh jadi, seseorang belum mengetahui gambaran sebuah pekerjaan. Namun, saat seseorang itu telah bekerja dan mengetahui pekerjaannya tidak seperti yang diharapkan. Boleh jadi akhirnya tidak betah dan berhenti.

Gambaran pekerjaan ini misalnya aktifitas yang dilakukan pada jam kerja. Juga tugas-tugas yang dilakukan di luar jam kerja. Sistem gaji, jumlah gaji yang diterima, jenjang karier ke depan, bonus, dan lain sebagainya. Selain itu, sanksi sampai pada cuti kerja. Juga antara kesesuaian pekerjaan dengan kepribadian. Idealnya gambaran pekerjaan itu juga bisa dipertanggungjawabkan. Tujuannya agar tidak menjerumuskan seseorang yang ingin bekerja. Juga itu sebagai aturan bagi seseorang yang ingin bekerja.

Saya mungkin kurang tahu. Terkadang saya membayangkan ada buku yang mengurai secara lebih rinci mengenai gambaran suatu pekerjaan, dari berbagai jenis pekerjaan. Misalnya, bagaimana seorang wartawan koran bisa mendapatkan berita secara aktual. Suka dukanya dan lain sebagainya. Informasi mengenai itu memang ada, tetapi sepertinya masih tercecer. Tentu saja di sini bukan gambaran bekerja sebagai spesialis pencuri motor yang pelakunya bisa dipenjara.

Jika gambaran pekerjaan, misalnya tidak ditemukan di internet maka ikatan alumni, jaringan teman dan kenalan, serta saudara juga efektif untuk mengetahui gambaran suatu pekerjaan. Dalam dunia pekerjaan terkadang juga tak lepas dari jaringan seperti itu. Bahkan, mungkin persekongkolan. Sifat dasar egoisme maupun keadaan yang tidak memungkinkan pun terkadang cenderung membuat seseorang menyembunyikan informasi lowongan pekerjaan.

Seringkali diperlukan ke-aktif-an dari diri kita sendiri. Jika seorang teman mungkin pelit akan informasi lowongan pekerjaan maka kita bisa bertanya pada teman yang lain. Jika seorang teman enggan berapa gaji yang dia terima maka mungkin juga bisa bertanya pada teman yang lain yang lebih terbuka berbicara mengenai gaji yang diperoleh. Umumnya orang ingin mengetahui gaji yang diterima seseorang. Namun, di sisi yang lain orang yang bersangkutan merasa enggan untuk mengakui gaji yang diperoleh.

Rabu, 05 Januari 2011

Cinta dan Trauma

Cinta dan Trauma

Dalam situsnya, sebuah koran menulis tentang sejumlah sikap atau reaksi pria pasca penolakan. Penolakan dalam arti wanita menolak cinta si pria. Saat si pria menyatakan cinta atau “menembak” si wanita, lalu si wanita menolaknya maka seorang pria bisa bereaksi dengan berbagai cara. Dalam situs itu ditulis, saat ditolak cintanya, seorang pria bisa saja jaga jarak, berubah benci, pindah ke lain hati, maju terus, dan friend forever. Reaksi ini juga berkaitan dengan sikap saat si pria patah hati.

Bentuk reaksi penolakan itu sebetulnya juga bisa terjadi pada wanita. Mengingat baik pria maupun wanita sama-sama berkedudukan sebagai manusia. Di antara kita mungkin juga pernah tahu wanita yang lebih dulu menyatakan cinta. Lagi pula, sekarang kiranya juga tak tabu lagi jika wanita menyatakan sinyal cinta lebih dulu. Dari sisi jender, wanita juga berkesempatan seperti pria. Jika demikian maka pria juga bisa menolak pernyataan cinta wanita.

Memang, banyak kasus wanita menolak pria yang menginginkannya menjadi kekasih maupun istri. Dengan kata lain, lebih banyak pria yang “menembak” wanita. Hal itu menggiring anggapan akan naluri pria yang lebih ekspresif dalam menyatakan cinta. Di bandingkan dengan wanita, banyaknya pria yang mengonfirmasi seorang wanita yang cantik di facebook juga mengindikasikan pria masih menerapkan politik cinta yang “agresif” terhadap wanita.

Bentuk-bentuk reaksi itu tidak mutlak. Di antara lima reaksi itu kemungkinan juga masih ada reaksi lainnya. Misalnya, mencoba upaya berbahaya dengan mengancam bunuh diri. Sifat pikiran manusia yang melompat-lompat juga memungkinkan seorang pria bersikap benci, tetapi pada saat yang sama juga friend forever.

Tampaknya sikap antara pria dan wanita itu juga dipengaruhi oleh keadaan biologis keduanya. Misalnya, pria memiliki hormon testosteron, sedangkan perempuan memiliki hormon estrogen. Wanita bisa mengandung, sedangkan pria tidak bisa mengandung. Keadaan itu juga memengaruhi anggapan terhadap pria dan wanita. Termasuk cara keduanya dalam memandang cinta.

Berbicara cinta memang tidak ada habisnya. Industri musik masih menjual tema-tema cinta. Sering kali cinta dikaitkan dengan hubungan asmara antara pria dan wanita. Itu betul, tetapi cinta juga universal. Seorang ibu yang menyuapi anaknya yang masih kecil juga wujud cinta. Seorang anak yang memandikan ayahnya yang sudah tua renta juga bentuk cinta.

Serupa tetapi tak sama. Setiap orang bisa memiliki cinta. Namun, pengalaman cinta setiap orang bisa berbeda-beda. Di antaranya orang bisa trauma karena cinta. Orang bisa tertekan karena berurusan dengan perasaan manusia yang satu ini. Seorang gadis yang mengganti nomor ponselnya terkadang sebagai bentuk trauma kerena teror cinta yang diterimanya. Pengalaman pertama cinta seseorang yang sebelumnya buruk mungkin juga bisa membuat seseorang itu trauma dengan cinta. Hendaknya ini bisa disadari oleh sang pecinta.

Intinya, cinta yang dialami oleh manusia itu memiliki banyak sisi. Cinta bisa membuat seseorang bersemangat dalam menjalani hari-hari. Dalam bekerja dan beraktifitas. Namun, cinta juga bisa membuat hidup seseorang terpuruk. Cinta adalah kehidupan itu sendiri. Entah cinta itu di tolak ataupun diterima. Entah menimbulkan trauma atau tidak.

Minggu, 02 Januari 2011

Ngetos

Ngetos

Kamis, 30 Desember 2010, pukul 21.00 saya diajak oleh teman saya ke temannya di Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Dia dulu kakak tingkat saya saat kuliah. Temannya yang tinggal di Ngetos ini juga kakak tingkat saya saat kuliah. Kunjungan ke Ngetos ini memang tidak saya rencanakan. Awalnya, saya hanya menemui teman saya ini di sebuah warung, dekat pasar, di Kecamatan Nganjuk.

Mulanya teman yang mengajak saya ini waktu tempuhnya sekitar 15 menit dari tempat kami berangkat. Namun, akhirnya sampai 45 menit. Kami tiba pukul 21.45. Di tengah perjalanan itu saya sempat hampir putus asa ingin kembali pulang. Akan tetapi, saya tidak bisa. Saya sudah tidak tahu jalan pulang. Mau tidak mau saya musti mengikuti motor teman saya itu.

Bayangkan, jalan menuju ke rumah teman saya itu melewati tanjakan. Terkadang, jalannya menurun di sertai kelokan. Dalam sorot lampu motor, terkadang juga melewati areal hutan. Itu tampak dari kanan kiri jalan yang ditumbuhi oleh pohon besar. Maklum, wilayah Ngetos berada di lereng pegunungan Wilis. Malam itu pun gerimis. Lagi pula, ini merupakan kali pertama saya pergi ke wilayah Ngetos.

Sesampai di rumah teman saya itu suhu udara terbilang dingin. Katanya Desa Blongko, Kecamatan Ngetos itu berada di ketinggian 8.000 dpl. Kaki pun terasa dingin. Pintu yang terbuka seakan menjadi pendingin udara alami. Air yang berasal dari sumber air setempat yang ada di bak mandi terasa seperti es. Secangkir teh panas, lumpia, dan buah pisang menjadi teman dalam dingin.

Pukul 23.00 saya baru bisa tidur. Pada malam selarut itu saya tidak bisa pulang dan harus menginap. Udara dingin pun semakin menghebat. Celana panjang, kaus lengan panjang, dan berselimutkan jaket pun rasanya tidak mampu menghalau rasa dingin. Namun, dingin itu masih tergolong sedang dan tidak sampai membuat hipotermia.

Menjelang subuh sempat gerimis. Sampai pukul 06.00 masih turun gerimis. Saya pun bergegas ke halaman rumah. Waktu itu saya mengobrol dengan keponakan teman saya itu. Untuk ketiga kalinya saya melihat pohon kopi. Untuk pertama kalinya saya juga melihat pohon cengkih dan pohon manggis. Kedua pohon itu tinggi dan besar. Keponakan teman saya itulah yang memberitahu.

Pukul 07.00 saya pun pamit pulang. Dalam perjalanan pulang itu saya sempat bertanya tiga kali pada orang tentang jalan menuju ke Kecamatan Nganjuk. Berbeda saat berangkat, dalam perjalanan pulang ini saya dapat menyaksikan pemandangan pegunungan. Ada lembah kecil yang ditanami padi. Karena memiliki kemiringan tertentu dan baru saja turun gerimis, air pun bisa keluar dari jalan yang berlubang.