Jumat, 02 Januari 2009

Informasi Seputar Metode Kualitatif

Informasi Seputar Metode Kualitatif
Oleh: Puguh Utomo
Di bawah ini saya mengumpulkan sejumlah informasi, pandapat dari buku dan internet seputar metode kualitatif. Tentu saja masih banyak informasi seputar metode kualitatif, sedangkan dibawah ini sekadar informasi yang menurut saya penting untuk diketahui. Semoga bisa memperluas wawasan tentang metode kualitatif.
  1. “Qualitative research is much more difficult to do well than quantitative research because the data collected are usually subjective and the main measurement tool for collecting data is the investigator himself” (Borg and Gall 1988 dalam Sugiyono, 2007:48).
  2. Menurut Salim (2001:89) metode-metode dalam penelitian kualitatif, yakni studi kasus, fenomenologi, grounded theory, etnometodologi, etnografi, dan biografi dalam pelaksanaannya dapat saling tumpang tindih. Namun, semua metode itu dapat saling melengkapi karena “metode yang satu akan dapat memperkuat, menambah dan menyempurnakan metode yang lain. Seringkali beberapa metode dipakai bersama, tetapi dalam titik minat yang relatif berbeda tergantung pada jenis masalah, lingkup kegiatan dan kerangka pemecahannya.”
  3. “Analisa kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolut untuk mengolah dan menganalisis data” (Purwoko)
  4. Asumsi-Asumsi Dasar
    Untuk memulai suatu penelitian kualitatif, Creswell (1994) menyarankan agar peneliti merumuskan terlebih dahulu asumsi-asumsi dasar pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tetap konsisten dengan sejumlah aturan umum dari pendekatan kualitatif sehingga jalannya penelitian sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka metode yang digunakan. Beberapa asumsi dasar yang sering dijadikan acuan adalah sebagai berikut.
    1. Tidak mementingkan angka, atau kuantifikasi fenomena. Diasosiasikan dengan kumpulan dan analisa data yang berupa kata-kata atau observasi langsung terhadap tingkah laku. Jadi fokusnya adalah lebih pada interpretasi daripada kuantifikasi (Cassel & Symon, 1994; Patton, 1994).
    2. Tidak memaksakan klasifikasi awal yang kaku pada sekumpulan data (Cassel & Symon, 1994).
    3. Responden adalah partisipan yang bukan hanya sekedar obyek dari kecurigaan ilmiah. Responden mengambil sikap yang lebih proaktif dalam proses penelitian (Cassel & Symon, 1994).
    4. Sangat menerima subyektifitas, sehingga yang bernilai adalah perspektif partisipan dan interpretasinya terhadap situasi (Cassel & Symon, 1994).
    5. Memungkinkan fleksibilitas dalam proses penelitian. Respon terhadap konseptualisasi individu tentang dirinya berhubungan dengan kemungkinan untuk merumuskan hipotesa baru dan mengubah hipotesa lama sejalan dengan kemajuan penelitian. Intervensi peneliti dapat berubah-ubah sejalan dengan perubahan sifat konteks situasi (Cassel & Symon, 1994; Strauss, 1987; Taylor & Bogdan, 1984).
    6. Proses penelitian dilihat sebagai proses sosial yang sangat dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang diambil peneliti seiring dengan perkembangan penelitian (Cassel & Symon, 1994).
    7. Penelitian kualitatif lebih tertarik pada arti (meaning), yaitu bagaimana partisipan menghayati hidupnya, pengalamannya, dan cara mereka mengekspresikannya (Creswell. 1994; Patton 1990).
    8. Peneliti kualitatif terlibat secara aktif dalam pengumpulan data, yaitu secara fisik menemui partisipan, lingkungannya, serta institusi tempatnya berada, dalam suatu situasi yang alamiah (Creswell,1994; Cassel & Symon, 1994; Patton, 1990).
    9. Penelitian kualitatif adalah penelitian deskriptif, dimana peneliti lebih tertarik dengan proses, arti dan pemahaman tentang pengalaman serta penghayatan subyektif partisipan (Creswell, 1994; Patton, 1990) (Tambunan).
Daftar Pustaka
Salim, Agus (penyunting). 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Dari
Denzin Guba dan Penerapannya. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Purwoko, Bambang dalam
Puguh Utomo
Mahasiswa Program Studi Sosiologi
FISIP Universitas Jember