Lingkaran Cinta Alumni SMADA
Oleh: Puguh Utomo
Tahun 2009 ini agak istimewa bagi saya. Mengapa? Karena pada tahun itu saya telah menghadiri undangan pernikahan empat orang teman yang dulu sama-sama lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 2003. Kemudian, empat pasangan yang telah menemukan jodohnya yang sama-sama satu almamater saat Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 (SMADA) Nganjuk. Ada yang dapat beda angkatan, tetapi ada pula yang dapat satu angkatan. Saat datang pada resepsi mereka, nuansanya pun seperti reuni.
Pada saat yang sama, saya pun berpikir bahwa lingkaran cinta juga terjadi antar-alumnus SMADA. Dari hal itu, dapat ditengarai bahwa cinta dalam hal ini lebih mendekati arti cinta-romantis atau cinta-asmara. Dengan kata lain, hubungan yang didasari atas cinta antara laki-laki dan perempuan yang ditandai dengan janji suci dan ikatan sakral yang terlembagakan bernama pernikahan.
Syukur dan selamat untuk mereka yang telah menikah. Melalui pernikahan itu mereka telah melalui satu tahap dalam kehidupan. Dalam kehidupan pun hampir setiap orang memimpikan sebuah pernikahan. Apalagi pernikahan yang bahagia dan membawa berkah. Dengan ikatan sakral itu pula mereka telah membentuk keluarga dan menjalankan peran dan fungsinya dalam masyarakat.
Menurut informasi, sampai penghujung tahun 2009 ini telah ada sepuluh pasangan yang telah maupun akan melangsungkan pernikahan. Sepuluh pasangan itu adalah sama-sama alumnus SMADA. Dalam tulisan ini sengaja tidak disebutkan siapa saja mereka. Informasi itu sendiri beredar di kalangan alumni 2003. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan sepuluh pasangan itu terbatas pada alumni 2003.
Memang, mereka yang telah melangsungkan pernikahan tidak semuanya berjodoh dengan alumnus SMADA. Sebagian berjodoh dengan seseorang yang non-alumnus SMADA. Sementara itu, untuk kasus alumni 2003 mereka yang berjodoh dengan sesama alumni SMADA dapat dihitung dengan jari. Lagi pula, dalam proses cinta yang alamiah, sungguh mustahil jika setiap alumnus SMADA berjodoh dengan sesama alumnus SMADA.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada sebagian alumnus SMADA telah muncul benih-benih cinta sejak SMA meskipun cinta sendiri adalah naluriah yang juga muncul pada pra-SMA. Apabila kembali pada pengertian cinta seperti di atas maka tidaklah lazim jika melangsungkan pernikahan saat masih SMA. Faktor usia yang di bawah 20 tahun, aturan sekolah, bahkan tuntutan secara hukum, sosial maupun ekonomi umumnya masih sulit dilakukan pernikahan pada masa-masa itu. Hal itu berbeda dengan sekarang, rata-rata usia mereka yang sampai 2009 ini adalah 25 tahun.
Setiap orang pun memiliki pengalaman yang berbeda-beda akan cinta. Dari hal itu, di antara sekian sifat cinta, dapat dikatakan bahwa cinta itu terkadang misterius. Banyak sisi yang seseorang alami tentang cinta. Dalam perjalanan cinta, selain atas kehendak diri seseorang, juga tidak dapat dilepaskan dari kekuatan dan kekuasaan keilahian.
Banyak orang bilang bahwa cinta itu adalah kehidupan itu sendiri. Dalam kaitan ini, secara umum, tentu alumni SMADA tahu tentang cinta. Barangkali mereka, misalnya mengetahui dari pengalaman orang lain, pengalaman langsung dari diri sendiri, membaca buku, membaca majalah, atau bahkan mungkin dari lirik lagu. Bahkan, nilai-nilai dalam agama pun dapat dijadikan sumber untuk mengenali cinta.
Sekali lagi, syukur dan selamat untuk mereka yang telah melangsungkan pernikahan maupun yang akan melangsungkan pernikahan dan mereka yang masih berjuang dalam perjalanan cinta menuju kehidupan rumah tangga...
Puguh Utomo
Alumnus SMADA 2003 dan
Alumnus Prodi Sosiologi
FISIP, Universitas Jember
sampeyan kapan mas nyusul???
BalasHapuskita gak boleh nikah sama cewek se-sekolah atau se-kampus.. ntar banyak yang gak kebagian.. hehe
dapet kabar nih, yang angkatan 2004 banyak melaksanakan pernikahan tahun depan..cukup banyak jg yg seangkatan dan satu sekolah di smada..
oiya mas, saran aja buat link kawan2 di blognya mas puguh.. biar gampang saling mengunjungi juga..
Menyusul??? Masih lama kayaknya. OK, thanks atas komentarnya...
BalasHapus