Tolong, Jalan ini Diperbaiki!
Suatu hari saya pernah menulis di facebook tentang tiga titik jalan yang tergolong rusak parah di Desa Balongrejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk. Tiga titik jalan yang rusak parah itu adalah fakta. Saya tidak bohong. Sebagai orang yang tinggal di Desa Balongrejo saya sering melewati tiga titik jalan yang rusak itu. Jalan itu tergolong vital sebab paling tidak dilalui oleh orang-orang dari empat dusun.
Saya sadar bahwa tulisan saya di dinding facebook itu mungkin salah alamat. Itu karena facebooker-facebooker yang ada di akun facebook milik saya itu hampir semuanya adalah teman-teman saya. Artinya, tidak ada satu pun di antara mereka yang bekerja di Dinas Pekerjaan Umum (PU). Dinas PU inilah yang dianggap berkewajiban memperbaiki jalan yang rusak itu dan orang-orang di desa saya pun sudah mengetahui ini.
Waktu itu ada pula yang mengomentari bahwa tulisan saya itu hanya protes pribadi. Itu karena teman-teman saya juga tidak bisa berbuat banyak. Namun, ada pula yang menyarankan agar menghubungi Dinas PU. Dalam tulisan di facebook itu pun saya sekalian bercerita bahwa saya pernah menjadi korban dari jalan yang sampai saya tulis artikel ini belum juga diperbaiki.
Baiklah saya akan melukiskan tiga titik jalan yang rusak itu. Seandainya saya memiliki kamera, apalagi yang digital, insya Allah saya akan memotretnya. Sebuah foto atau gambar terkadang lebih efektif untuk menyampaikan pesan daripada tulisan. Meskipun demikian, masing-masing memiliki kelebihan dan kelamahan masing-masing.
Satu titik yang rusak terletak di selatan Dusun Wates. Jalan yang lebar aspalnya sekitar 3 meter itu pada titik itu ada yang bergelombang atau berlubang-lubang sekitar sepanjang 5 meter. Kedalaman lubang sendiri ada yang mencapai 30 cm. Lubang-lubang itu jika musim hujan seperti sekarang digenangi oleh air. Terkadang pengendara yang belum tahu maka akan merasa ragu untuk melewatinya, seberapa dalam lubang yang tergenangi oleh air itu.
Di titik ini pernah diratakan oleh salah seorang pekerja yang biasanya bekerja untuk Dinas PU di kebupaten ini. Memang, setelah itu jalan menjadi rata. Namun, lapisan jalan masih gembur sehingga beberapa hari kemudian kembali rusak seperti semula.
Sebetulnya di sepanjang jalan di Desa Balongrejo ini ada beberapa titik yang bergelombang. Namun, di tiga titik itulah yang terparah dan rawan mencelakai pengendara. Saya mendengar sendiri dari orang-orang di kampung saya tentang orang-orang yang celaka atau jatuh di tiga titik maut itu.
Kemudian, satu titik jalan yang kedua masih terletak di barat dusun tempat tinggal saya. Lebar jalan masih sama dengan di titik di selatan Dusun Wates. Namun, jalan yang rusak di titik ini hanya sepanjang sekitar 3 meter. Di titik yang aspalnya sudah mengelupas ini juga bergelombang.
Titik jalan yang ketiga yang juga rusak adalah di utara Dusun Gawok. Kata orang setempat titik maut ini pernah mencelakakan seorang pedagang nasi goreng. Nasinya sampai tumpah setelah gerobaknya terguling saat melintas di malam hari. Ketiga titik jalan yang sama-sama berada di tengah sawah ini tidak ada penerangan.
Faktor pemercepat jalan yang rusak itu sendiri karena sering dilewati oleh kendaraan bermuatan berat. Misalnya, pikap yang mengangkut gabah maupun truk yang juga mengangkut gabah yang bisa mencapai 5 ton. Memang, kendaraan pengangkut gabah hanya beroperasi di masa panen. Akan tetapi, paling tidak itu turut memengaruhi kerusakan jalan, di samping struktur tanah maupun teknik pengaspalan jalan di titik-titik yang rusak.
Memang, sampai saat ini kendaraan masih bisa melewati tiga titik maut itu. Namun, titik yang rusak itu memaksa setiap kendaraan harus melambat. Jika tidak maka pengendara kemungkinan akan celaka. Entah itu pengendara sepeda angin, sepeda motor, apalagi kendaraan roda empat.
Kemudian, 13 Mei 2010 yang lalu saya menulis lewat short message service (SMS) tentang tiga titik jalan yang rusak itu di sebuah televisi lokal, yakni yang mengudara di Nganjuk. Untuk kali pertama, televisi itu menampung laporan peristiwa yang terjadi di sekitar pemirsa televisi tersebut. Saya sendiri saat itu ikut-ikutan sebab beberapa hari sebelumnya beberapa orang juga melayangkan isi yang sama. Mereka mengeluhkan jalan yang rusak di wilayahnya.
Saya pun kemudian pesimis jalan yang rusak itu akan segera diperbaiki. Itu saat membaca begitu banyak SMS di televisi itu yang juga mengeluhkan tentang kerusakan jalan di wilayahnya. Jangankan kerusakan jalan seperti itu, pada berita yang lain di televisi lokal itu juga memberitakan tentang inspeksi mendadak (sidak) tentang jembatan yang tidak sesuai dengan besaran teknis (bestek). Sementara itu, di sudut sana yang melanggar hukum, ada oknum pejabat negara yang menggelapkan pajak.
Memberdayakan orang-orang kampung agar memperbaiki jalan yang rusak itu juga sangat sulit, khususnya mengenai biaya, waktu, dan tenaga. Dalam anggapan mereka itu sudah menjadi urusan Dinas PU. Pada saat yang sama, terdapat persepsi antara urusan negara dan urusan masyarakat sipil. Anggota masyarakat sipil sebetulnya mengharap agar jalan yang rusak itu segera diperbaiki oleh negara. Namun, negara melalui Dinas PU belum juga sigap.
Tolong, jalan ini diperbaiki!