Rabu, 09 Februari 2011

Pengeditan

Pengeditan

Kesan pertama itu pula yang menarik bagi pembaca, terutama mereka yang pecinta metode kualitatif.” Kata yang di-garis-bawah-i itu sebetulnya tidak perlu ditulis sebab sia-sia. “pecinta metode kualitatif” itu sudah cukup menjelaskan kalimat tersebut. Kelimat tersebut ada dalam kalimat pertama paragraf ke-6 dalam judul Menggayakan Laporan Penelitian Metode Kualitatif. Kata yang di-garis-bawah-i itu hanyalah salah satu contohnya. Masih banyak kata dalam kalimat yang perlu di-sunting atau di-edit.

Saat menulis biasanya kita sudah yakin dengan tulisan kita. Saat menulis biasanya kita merasa redaksional sudah tidak pas. Tidak ada kata yang tertulis secara keliru. Kalimat juga tertulis secara efektif, logis, dan seterusnya. Namun, sebagai penulis bisa jadi saat kita membaca kembali tulisan kita sendiri maka kemungkinan akan ada yang perlu di-edit. Seperti yang saya alami itu. Karenanya setiap penulis sekaligus editor bagi dirinya sendiri.

Tidak ada yang sempurna. Termasuk tulisan kita. Mungkin kita menilai tulisan kita sudah baik. Namun, belum tentu orang lain menilai baik. Apalagi penilaian dari seorang editor yang terlatih. Terkadang kita sendiri menilai tulisan kita jelek. Akan tetapi, mendapatkan tanggapan yang baik dari pembaca. Karena itu, seringkali nasib tulisan memang ada di tangan pembaca.

Biasanya ketepatan redaksional, ke-efektif-an kalimat, ke-logis-an kalimat, kesatuan wacana, dan seterusnya itu dapat dicapai oleh penulis-penulis yang andal. Tujuan seperti ketepatan redaksional itu agar sebuah tulisan itu enak dibaca maupun mudah dipahami maksudnya.

Intinya sebuah kalimat hendaknya perlu dilihat dari berbagai sisi. Lagi pula sebuah tulisan memiliki pangsa pembaca sendiri-sendiri. Misalnya sebuah esai sudah memenuhi pengeditan yang bagus. Entah ketepatan redaksional, ke-efektif-an kalimat, ke-logis-an kalimat, dan kesatuan wacana. Namun, idenya jelek maka “rasa” dari esai itu juga kurang “enak”. Begitu juga misalnya saya menilai suatu esai itu bagus. Namun, belum tentu Anda menilainya bagus.

Akhirnya, seni menulis pun tak luput dari relatifitas. Namun, tulisan yang sudah berbentuk buku, dimuat di koran, di majalah, di tabloid bisa menjadi ajang pembuktian akan pengakuan sebuah tulisan. Karenanya sebuah buku, koran, majalah, tabloid umumnya memiliki editor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar