Pembelajaran
Sosiologi Kurikulum 2013
Dalam
situs you tube ada contoh pembalajaran sosiologi kurikulum 2013. Video
berdurasi sekitar 10 menit itu menggunakan pendekatan saintifik dengan model jigsaw dengan judul Interaksi Sosial. Video
diawali dengan siswa masuk kelas dan bersalaman dengan guru. Kemudian, guru
menyampaikan materi yang akan dibahas pada saat itu. Guru kemudian mengambil
dua contoh, yakni Wendi dan Bella. Ilustrasi pertama, Wendi sedang galau. Wendi
lalu pergi ke belakang sekolah untuk menghilangkan kegalauannya. Ilustrasi
kedua, Bella sedang rindu pada Agrif. Karena saking rindunya Bella mengambil
telepon selulernya dan menghubungi Agrif. Dalam interaksi sosial, tentu saja
ilustrasi yang kedua disebut dengan interaksi sosial. Ilustrasi kedua bukan
interaksi sosial. Selengkapnya bisa diunduh video tersebut di you tube.
Ada
beberapa hal yang bisa dicatat lagi dari video tersebut. Pembelajaran memang
memerlukan kreativitas guru. Termasuk kreatifitas pembelajaran sosiologi.
Pengambilan ilustrasi tersebut merupakan bentuk dari kreativitas mengajar. Dalam
video tersebut guru juga memakai media LCD. Lengkap beserta layar maupun
laptop. Sekilas guru menayangkan video tentang interaksi sosial, yakni sebuah
seni teater. Mungkin video itu diunduh dari you tube atau mengopi dari guru
lain. Jika video itu unik maka akan menarik bagi siswa. Jadi, video itu selain
bisa mendidik juga bisa menghibur. Syukur bisa mengesankan dan bermanfaat bagi
siswa. Jika siswa tertawa maka itu salah satu tanda video itu menghibur.
Dalam
video itu saat siswa dibentuk kelompok-kelompok, ada satu laptop di setiap
kelompok. Kini, di sekolah tertentu siswa membawa laptop ke sekolah. Kita bisa
maklum karena itu pembelajaran model. Jadi, dalam video yang dibuat mirip film
itu ada guru model, sekolah model, narasi, musik pengiring, dan lain
sebagainya. Jadi, ada skenario yang sebelumnya disiapkan tentang apa yang perlu
dilakukan saat direkam. Dalam kenyataannya pembelajaran bergantung pada keadaan
masing-masing kelas. Misalnya belum tentu setiap sekolah memiliki fasilitas LCD
yang memadai.
Selama
pembalajaran menggunakan model jigsaw
itu juga ada sesi mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan
mengomunikasikan. Hal itu sesuai dengan tuntutan kurikulum 2014. Jika suatu
kelas siswanya aktif maka model pembelajaran akan berlangsung lancar. Akan
tetapi, jika siswa sulit untuk aktif maka guru hendaknya bisa menyesuaikan
dengan kondisi kelas. Terkadang materi yang terlalu teoritis akan menjemukkan.
Misalnya yang teoritis adalah syarat interaksi sosial, yakni kontak sosial dan
komunikasi sosial. Karena itu perlu diimbangi dengan materi yang praktis.
Contohnya adalah pemilihan ilustrasi interaksi sosial dalam video tersebut.
Di lingkungan
kementerian agama (Kemenag) seperti di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Nganjuk
tempat saya mengajar, kurikulum 2013 baru dilaksanakan pada tahun ajaran
2014/2015. Itu pun baru diterapkan pada kelas X. Berbeda dengan lembaga
pendidikan di bawah kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) yang
secara bertahap sudah diterapkan pada kelas X tahun pelajaran 2013/2014.
Awal 2013 saya
juga sudah menerapkan pembalajaran memakai LCD. Waktu itu saya juga baru
memiliki laptop dengan spesifikasi core i3. Sebetulnya spesifikasi laptop
tersebut masih mahal bagi saya. Saat itu harganya Rp 4.100.000,-. Belum lagi
jika rusak. Setelah setahun, laptop itu pernah saya serviskan karena tidak bisa
masuk windows. Ongkosnya Rp 150.000,-. Apalagi harga LCD proyektor Benq
MS500P+layar Rp 3 jutaan. Akan tetapi, umumnya LCD difasilitasi oleh sekolah.
Saat itu saya pun tidak memakai layar, tetapi memakai papan tulis biasa untuk
menampilkan gambar dari LCD.
Saat semester
genap itu saya memakai media film. Judulnya CJ7. Tentu pemilihan bahan ajar,
termasuk film harus sesuai nilai dan norma pengajaran. Film ini berulang kali
diputar di televisi. Saya harus menyewa ke rental CD untuk mendapatkan film
yang dibintangi oleh Stephen Cow itu. CD itu lalu saya kopi di laptop saya.
Cerita film itu paling cocok dengan materi sosialisasi dan pembentukan
kepribadian, pengendalian sosial, perilaku menyimpang. Tidak mudah memilih film
yang sesuai dengan materi sosiologi. Baik itu materi kelas X, XI, maupun XII.
Siswa saya
putarkan film tersebut selama dua jam pelajaran. Karena dua jam pelajaran
terbatas maka harus memotong sejumlah adegan. Dalam nonton bareng itu saya
meminta anak menuliskan di selembar kertas. Adegan, kata-kata, sikap manakah
yang menunjukkan sosialisasi dan pembentukan kepribadian, pengendalian sosial
preventif dan represif, maupun perilaku menyimpang. Kemudian, tugas itu
dikumpulkan setelah selesai menyaksikan film.
Selama
menonton secara umum anak-anak cukup terhibur. Bahkan, sejumlah kelas terlihat
heboh. Mereka tertawa. Ada sisi edukasi, hiburan, horor, kesedihan, maupun
kekonyolan dalam film tersebut. Karena itulah mereka bisa heboh. Seakan-akan
dua jam pelajaran bagi mereka terasa berlangsung cepat.
Sebetulnya
variasi pembelajaran ini mirip pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pelajaran
bahasa Indonesia ada materi meresensi film, mencari pesan sebuah karya, dan
lain sebagainya. Namun, bukan berarti variasi pembelajaran sosiologi tersebut
menggantikan pelajaran bahasa Indonesia. Justru setiap bidang ilmu saling
melengkapi. Penyampaian materi setiap mata pelajaran pun memakai bahasa
Indonesia.
Terkait
variasi pembelajaran saya terkadang memakai media teka-teki silang (TTS) dengan
menggunakan program eclipse crossword.
Saya terkadang juga memakai media kuis cerdas cermat. Selain itu, juga disertai
tebakan lucu. Misalnya apa persamaan antara gajah dan tiang listrik? Jawabannya
sama-sama nggak bisa terbang. Siswa
yang dapat menebak serangkaian pertanyaan akan mendapatkan sebuah permen.
Penugasan mencari foto di internet juga contoh dari variasi pembelajaran. Terkadang
pertemuan tertentu siswa tidak semangat dalam pembelajaran. Namun, cara-cara
seperti itu kiranya bisa meredam kejenuhan pembelajaran.
Kita tahu, kurikulum
apapun salah satu kuncinya adalah kreatifitas guru. Di tempat saya mengajar
saya amati guru-guru cukup kreatif menggunakan media pembalajaran. Pembelajaran
menggunakan media tersebut merupakan salah satu variasi dalam pembelajaran.
Kemampuan guru untuk menyampaikan materi agar mudah dimengerti juga bentuk
kreatifitas. Kemampuan guru menyelipkan humor di pelajaran juga bagian dari
kreatifitas. Terkadang guru perlu memosisikan diri sebagai seorang pendidik,
pengajar, komedian, motivator, komunikator dan peran-peran yang lain.
Barangkali
kreatifitas perlu didukung hal lain misalnya profesionalitas. Jika kreatifitas
berhubungan dengan kemampuan menyampaikan materi menjadi menarik dan tidak
menjenuhkan, maka profesionalitas ini berhubungan dengan tanggungjawab profesi.
Misalnya berusaha tepat waktu saat masuk kelas, absensi masuk kelas dan lain
sebagainya.