Minggu, 01 Agustus 2021

Juni 2018 Ibu Hemodialisis Pertama Kali

 Awal Mula Hemodialisis       

Istilah medisnya hemodialisis (hd). Istilah awamnya cuci darah. Istilah hd dipakai secara medis daripada cuci darah. Istilah cuci darah terkesan mengerikan. Istilah cuci misalnya cocok untuk piring, baju, dan motor. Ini darah.

            Saya menulis ini sebagai anak yang ibunya menjalani terapi hd. Saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya sebagai orang awam. Saya bukan dokter spesialis penyakit dalam. Saya juga bukan perawat. Melalui tulisan ini saya ingin berbagi. Informasi seputar ginjal, fungsi ginjal, cara menjaga ginjal agar sehat dan lain-lain banyak di internet.

Umumnya orang menjalani hd karena masalah ginjal. Ginjal tidak lagi berfungsi secara normal. Padahal organ ini penting. Misalnya menyaring dan membersihkan darah. Bayangkan, jika ginjal tidak normal tubuh akan merasakan sakit. Rasa sakit yang luar biasa. Jika sudah parah dan tubuh tidak kuat maka berujung kematian.

Ibu saya menjalani terapi hd karena diabetes atau kencing manis yang dideritanya. Salah satu sebab pasien hd adalah karena kencing manis. Kira-kira sejak tahun 2010 ibu saya mengidap diabetes yang istilah awamnya diabetes kering. Selama itu mengonsumsi obat seperti captopril, glibenclmide maupun obat-obatan yang lain. Obat-obatan itu untuk mengendalikan kadar gula. Obat-obatan itu dikonsumsi hampir setiap hari. Dalam hitungan hari, minggu, bulan bahkan tahunan. Alhasil, ginjal “kalah” karena obat-obatan. Itu kasus ibu saya.

Orang hd harus mengikuti prosedur medis. Artinya, orang perlu hd atau tidak itu dokter penyekit dalam yang mengeluarkan rekomendasi. Saat ini banyak kabupaten di Indonesia di rumah sakit milik pemerintah atau swasta sudah memiliki layanan hd. Ada pasien yang bersedia menjalani hd. Alasannya misalnya ingin hidup lebih lama. Kehidupan harus dihargai. Namun, ada pula yang tidak.

Beberapa bulan sebelum hd ibu saya sering mual dan muntah-muntah. Selain diabetes, juga tekanan darah tinggi. Usia ibu saya 60 tahun. Sejak sekitar 2017 ibu saya sering keluar masuk rumah sakit. Bahkan sering periksa ke dokter. Sejak tahun itu merupakan masa-masa yang berat. Bagi ibu dan keluarga. Menderita karena penyakit. Antre di tempat praktik dokter. Antre di rumah sakit. Kadang berangkat ke rumah sakit untuk kontrol pukul 08.00 dan pulang pukul 13.00. Sering beli obat di apotek. Sampai karyawatinya hafal dengan saya. Waktu, tenaga dan biaya.

Sekitar Juni 2018 ibu saya hd di sebuah rumah sakit berjarak sekitar 28 km dari rumah. Terpaksa harus menyewa mobil. Hd pertama ibu saya merasa lemas. Hd kedua malah makin lemas. Saat hd kedua baru berjalan 2 jam dari 4 jam ibu saya tidak sadar. Muntah-muntah. Tubuh kaku. Muka pucat. Gigi sampai menggigit lidah. Gula darah mencapai angka 500. 5 hari tidak sadarkan diri. Opname di rumah sakit.

 

Menjadi Pasien Hemodialisis

            Hampir satu bulan sejak Juni 2018 ibu tidak menjalani terapi hd. Sampai akhirnya dapat jadwal hd di rumah sakit umum. Waktu itu sangat sulit dapat jadwal hd. Harus antre dahulu. Banyak orang yang memerlukan terapi hd.

            Banyak hal dilalui selama menjadi pasien hd. Sakit kepala, badan tidak enak, mual, tekanan darah tinggi, lemas dan lain sebagainya merupakan hal biasa. Rata-rata penyakit penyerta seperti pengeroposan tulang pun turut memperberat rasa sakit yang dialami. Ibu dijadwal setiap Selasa dan Jumat. Setiap hd butuh waktu sekitar 6 jam. 

Ibu Meninggal Setelah 3 Tahun Terapi HD

            Singkat cerita. Ibu saya meninggal Sabtu, 24 Juli 2021 pukul 22.00 di rumah. Setelah kurang lebih 3 tahun berjuang menjadi pasien hd. Perjuangan yang sangat-sangat berat. Sebelum menjadi pasien hd, saat menjadi pasien hd. Banyak rumah sakit didatangi untuk berobat. Malang, Surabaya, Mojokerto, Kediri, Kertosono, Solo, dan Nganjuk. Seakan tidak ada orang yang menandingi usaha berobat maupun perjuangan berobat melawan penyakitnya. 

              Nafas terakhirnya saat itu masih saya ingat. Kepulangannya seakan menjadi obat atas rasa sakit yang bertahun-tahun beliau rasakan. Kami sadar. menghargai kehidupan dengan usaha berobat. Namun, kami juga menerima kematian untuk setiap yang bernyawa. Selamat jalan ibu. Semoga Allah SWT menerima amal baik ibu. Amin ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar