Minggu, 08 Februari 2009

Jemaah Lil Muqorrobien: Warga Syathoriyah di Kelurahan Tanjunganom, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk

RINGKASAN

Gerakan Tarekat dalam Agama Islam di Tanjunganom: Studi terhadap Tipologi Jemaah Lil Muqorrobien di Kelurahan Tanjunganom, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur; Puguh Utomo; 030910302003; 2008, 103 halaman; Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember.

Penelitian ini bermula dari isu akademis berupa kebangkitan agama. Salah satu pendekatan ilmiah yang mengkaji agama, yakni sosiologi. Agama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Islam yang ada di Kelurahan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjunganom, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, yang efektifnya dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2007. Di tempat itulah berkembang Tarekat Syathoriyah. Tarekat Syathoriyah tepatnya berada di sebuah pondok bernama Pondok Modern Sumber Daya At Takwa (POMOSDA). POMOSDA juga dikenal sebagai Pondok Sufi. Perlu diketahui bahwa Syathoriyah yang ada di Kelurahan Tanjunganom oleh pengikutnya disebut sebagai ilmu, sedangkan himpunan orang-orang pengamal ilmu Syathoriyah disebut dengan Jemaah Lil Muqorrobien.

Ada dua rumusan masalah dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana karakteristik Jemaah Lil Muqorrobien di Kelurahan Tanjunganom. Kedua, bagaimana tipologi Jemaah Lil Muqorrobien di Kelurahan Tanjunganom. Seperti dikemukakan oleh Glock dan Stark (1965 dalam Rakhmat 2004:111) karakteristik tersebut dilihat dari tiga dimensi, yakni dimensi eksperiensial, dimensi ritus, dan dimensi konsekuensial atau dimensial sosial. Kemudian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Jemaah Lil Muqorrobien sekaligus untuk mengidentifikasi dalam gerakan keagamaan Jemaah Lil Muqorrobien tergolong tipologi yang mana.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan memakai paradigma konstruktivisme. Paradigma tersebut mengimplikasikan bahwa hasil penelitian merupakan hasil interaksi antara peneliti dengan informan. Kemudian, strategi dalam penelitian ini menggunakan fenomenologi yang memandang objek penelitian sebagai “gejala yang murni”. Informan dalam penelitian ini ada sembilan orang. Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snawball-ball, yakni pengumpulan data melalui wawancara-mendalam dari satu informan ke informan lainnya sampai dianggap tidak ditemukan lagi data atau informasi baru. Pengumpulan data juga dilakukan dengan pengamatan terlibat, yakni mengamati dan melibatkan diri dalam kegiatan Jemaah Lil Muqorrobien, baik yang dilakukan di pusat maupun di cabang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jemaah Lil Muqorrobien dalam dimensi eksperiensial memiliki karakteristik tersendiri, misalnya diwujudkan dengan keyakinan pada seorang guru washitah. Sementara itu, pada dimensi ritus dalam Jemaah Lil Muqorrobien, yang membedakan dengan umat Islam pada umumnya, antara lain, pemakaian doa qunut dalam setiap sholat lima waktu. Selain hal itu, setiap Jemaah Lil Muqorrobien juga melaksanakan puji wali kutub yang dilaksanakan secara rutin setiap Jumat Legi dan Ahad Pahing di pusatnya, yakni di Kelurahan Tanjunganom. Pada dimensi konsekuensial, penelitian ini juga menunjukkan bahwa gerakan dalam Jemaah Lil Muqorrobien tergolong tipologi reformis-modernis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar