Seekor Ular di Kamarku
Oleh: Puguh Utomo
Seekor ular tiba-tiba terjuntai di gagang dalam, pintu kamarku. Entah itu ular jenis apa, tetapi tubuhnya kecil dengan diameter sekitar 2 cm dan panjang sekitar 35 cm. Saya pun tidak tahu apakah jenis ular berkulit coklat muda itu berbisa atau tidak. Di gagang pintu itu pula ular yang terlanjur masuk ke dalam kamar dan tampak tersesat itu bergelantungan sambil berusaha pelan-pelan meliuk-liuk naik ke atas pintu. Sementara itu, ekornya masih berada di sisi pintu bagian luar.
Keberadaan ular itu saya ketahui kali pertama setelah selesai melaksanakan sholat dhuhur, hari ini 4 Mei 2009, sekitar jam 12.05. Begitu saya melipat sarung dan melepas kaus karena kegerahan, tiba-tiba tampaklah ular tersebut. Saya sempat terkejut. Beberapa saat kemudian, saya mengambil sapu lidi. Dengan bercelana pendek dan berkaus singlet, saya menyabet ular itu dengan sapu lidi dengan tujuan agar ular itu keluar dari kamar saya. Namun, bukannya keluar, tetapi ular itu jatuh ke lantai dan langsung bersembunyi di antara sebuah kardus, sebuah tas, dan tumpukan koran dalam kamarku yang berukuran 3 x 4 meter ini.
Saya pun tidak tahu dimana ular itu bersembunyi. Saya pun mulai mengambil tas dan memeriksa apakah ular itu bersembunyi di dalam tas. Ternyata tidak ada. Saya pun membuat bunyi-bunyian dengan memukul-mukul kardus dengan sapu lidi. Ular pun belum mulai terlihat. Saya berpikir bahwa ular itu pastilah masih bersembunyi. Tidak mungkin itu ular siluman yang dapat menghilang begitu saja. Lagi pula, ular itu benar-benar ada dan saya sedang tidak bermimpi.
Kemudian, saya duduk sejenak sambil berpikir tentang keberadaan ular tersebut. Selama itu, saya tidak menduga akan ada ular di pintu tersebut. Memang, saat itu pintu dalam keadaan terbuka sedikit. Saya menduga ular itu dapat mencapai gagang pintu karena lewat meja yang melekat pada tembok depan kamarku. Waktu itu pun saya tidak berpikir dari mana datangnya sehingga bisa mencapai meja itu. Waktu itu pun saya tidak berpikir mengenai orang yang sengaja menaruh ular di meja tersebut. Lagi pula, saat itu keadaan indekos berpenghuni tiga orang ini sepi sebagaimana biasanya. Oleh karena itu, mustahil ada orang yang menaruhnya dengan sengaja.
Saya lebih berpikir bahwa keberadaan pepohonan di sekitar indekosku memungkinkan ular itu mampir ke kamarku. Posisi kamarku pun terpisah dengan dua penghuni indekos yang lainnya. Di belakang kamarku, di balik jendela terdapat pekarangan yang cukup luas. Di pekarangan itu tumbuh beberapa jenis pohon. Misalnya, pohon pisang, pohon belimbing, pohon jambu biji, dan beberapa jenis pohon lainnya. Pepohonan itu berjarak sekitar 20 meter dari jendela kamarku. Di samping itu, di bawah jendela kamarku pun tumbuh beberapa jenis tanaman dalam pot. Sementara itu, tanah di bawah jendela kamar ini ditumbuhi rumput yang mulai meninggi. Barangkali lebih masuk akal jika ular itu lewat jendela kamarku.
Keberadaan hewan melata di kamarku itu sungguh tidak biasa. Itu berbeda dengan cicak yang sering merayap di dinding, semut yang terkadang berbaris di dinding, nyamuk yang beterbangan di dalam kamar maka itu sudah saya anggap biasa. Selain itu, di malam hari kadang-kadang ada tikus yang biasanya gaduh di atas plafon, bahkan terkadang muncul kecoa maka itu sudah saya anggap biasa. Bukan berarti keberadaan hewan-hewan tersebut mencerminkan ketidakbersihan dari kamar ini. Akan tetapi, hewan-hewan tersebut sulit saya cegah. Sekarang untuk pertama kalinya selama 2,5 tahun saya indekos di sini muncul seekor ular.
Saya sempat menduga bahwa keberadaan ular itu merupakan pertanda buruk. Hal yang sama juga dikatakan oleh saudari saya setelah dia saya kirimi pesan pendek. Saya pun tidak berharap akan ada musibah yang menimpa saya hanya karena seekor ular. Memang, musibah itu bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan dapat menimpa siapa saja. Saya bukan tidak percaya pada takdir, tetapi dulu waktu kecil saya pernah dibonceng oleh ayah saya dengan motor. Motor yang kami tumpangi itu jatuh di sebuah jembatan. Sebelumnya, sekitar 1 km dari jembatan ban motor itu melindas seekor ular. Itulah yang membuat saya agak trauma. Mungkin, saat melindas itu ayah saya kaget dan sempat panik sehingga memengaruhi konsentrasi dalam mengendarai motor.
Kemudian, pada jam 12.30 tiba-tiba anaknya ibu kos, Ahmad namanya, pulang. Saya menanyakan apakah sebelumnya pernah muncul ular. Saya menceritakan padanya bahwa di dalam kamar saya sekarang sedang bersembunyi seekor ular. Ahmad tertawa mendengar cerita saya. Sementara saya masih mencari persembunyian ular itu, dia pun masuk ke dalam rumahnya.
Beberapa menit kemudian, saya melihat kepala ular itu di balik kardus yang merapat dengan tembok. Memang, tadi saya belum memindah kardus tersebut. Kardus pun saya pindah dan tampaklah ular itu melingkar. Saya pun berusaha menghalau ular itu dengan sapu dan saya tidak sempat berpikir untuk membunuhnya. Sayang, tindakan saya itu justru membuat ular merapat ke dalam tembok dan lari ke balik meja belajar berbentuk bufet kecil.
Posisinya di balik bufet itu malah menyulitkan saya untuk mengusirnya keluar. Saya pun sempat menyirami minyak tanah sebanyak dua tutup botol air minum dalam kemasan ke zona tempat ular itu bersembunyi. Siapa tahu ular itu mau keluar dari persembunyiannya. Akan tetapi, upaya itu tidak berhasil. Ular masih bersembunyi di balik bufet tersebut. Saya sempat menggoyang bufet tersebut agar ular mau keluar, tetapi upaya itu pun sia-sia. Saya hanya dapat menggoyang bufet tersebut dan tidak sanggup mengangkatnya karena terlalu berat.
Saya merasa putus asa dengan ular itu. Pada jam 13.00 saya memutuskan untuk pergi karena ada keperluan. Sebelum pergi, saya menutup jendela dan pintu saya biarkan terbuka sedikit. Dengan pintu sedikit terbuka itu saya berharap ular itu akan keluar dengan sendirinya. Otomatis suasana kamar saat itu menjadi gelap. Selama pergi itu saya agak cemas, jangan-jangan ular tersebut betah di dalam kamar. Selama pergi dengan motor itu pula saya tidak merasa cemas akan musibah yang menimpa saya. Semuanya saya serahkan pada yang maha kuasa.
Selanjutnya, saya pulang sekitar pukul 15.00. Begitu saya tiba di depan kamar saya mendapati sedikit keanehan. Salah satu helm milik saya posisinya bergeser. Helm itu saya tempatkan di meja depan kamar saya. Di meja itu pula ada serbuk berwarna kuning yang ternyata serbuk bambu.
Sementara itu, dari dapur ibu kos memberitahu bahwa ularnya sudah dibunuh oleh Ahmad. Tidak jauh dari depan kamarku tampaklah seokor ular tergeletak tak bernyawa. Itulah ular yang tadi masuk ke dalam kamarku. Saya penasaran bagaimana Ahmad bisa membunuh ular tersebut. Apalagi saat kamar saya tinggalkan, ular itu masih bersembunyi di balik bufet di dalam kamar. Ibu kos mengatakan bahwa ular tadi itu sudah keluar dari kamar. Saat keluar itulah Ahmad membunuhnya dengan memukul berkali-kali badan dan kepala ular tersebut dengan sebatang bambu. Ular itu pun mati.
Puguh Utomo
Alumnus Prodi Sosiologi
Universitas Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar