Ngetos
Kamis, 30 Desember 2010, pukul 21.00 saya diajak oleh teman saya ke temannya di Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Dia dulu kakak tingkat saya saat kuliah. Temannya yang tinggal di Ngetos ini juga kakak tingkat saya saat kuliah. Kunjungan ke Ngetos ini memang tidak saya rencanakan. Awalnya, saya hanya menemui teman saya ini di sebuah warung, dekat pasar, di Kecamatan Nganjuk.
Mulanya teman yang mengajak saya ini waktu tempuhnya sekitar 15 menit dari tempat kami berangkat. Namun, akhirnya sampai 45 menit. Kami tiba pukul 21.45. Di tengah perjalanan itu saya sempat hampir putus asa ingin kembali pulang. Akan tetapi, saya tidak bisa. Saya sudah tidak tahu jalan pulang. Mau tidak mau saya musti mengikuti motor teman saya itu.
Bayangkan, jalan menuju ke rumah teman saya itu melewati tanjakan. Terkadang, jalannya menurun di sertai kelokan. Dalam sorot lampu motor, terkadang juga melewati areal hutan. Itu tampak dari kanan kiri jalan yang ditumbuhi oleh pohon besar. Maklum, wilayah Ngetos berada di lereng pegunungan Wilis. Malam itu pun gerimis. Lagi pula, ini merupakan kali pertama saya pergi ke wilayah Ngetos.
Sesampai di rumah teman saya itu suhu udara terbilang dingin. Katanya Desa Blongko, Kecamatan Ngetos itu berada di ketinggian 8.000 dpl. Kaki pun terasa dingin. Pintu yang terbuka seakan menjadi pendingin udara alami. Air yang berasal dari sumber air setempat yang ada di bak mandi terasa seperti es. Secangkir teh panas, lumpia, dan buah pisang menjadi teman dalam dingin.
Pukul 23.00 saya baru bisa tidur. Pada malam selarut itu saya tidak bisa pulang dan harus menginap. Udara dingin pun semakin menghebat. Celana panjang, kaus lengan panjang, dan berselimutkan jaket pun rasanya tidak mampu menghalau rasa dingin. Namun, dingin itu masih tergolong sedang dan tidak sampai membuat hipotermia.
Menjelang subuh sempat gerimis. Sampai pukul 06.00 masih turun gerimis. Saya pun bergegas ke halaman rumah. Waktu itu saya mengobrol dengan keponakan teman saya itu. Untuk ketiga kalinya saya melihat pohon kopi. Untuk pertama kalinya saya juga melihat pohon cengkih dan pohon manggis. Kedua pohon itu tinggi dan besar. Keponakan teman saya itulah yang memberitahu.
Pukul 07.00 saya pun pamit pulang. Dalam perjalanan pulang itu saya sempat bertanya tiga kali pada orang tentang jalan menuju ke Kecamatan Nganjuk. Berbeda saat berangkat, dalam perjalanan pulang ini saya dapat menyaksikan pemandangan pegunungan. Ada lembah kecil yang ditanami padi. Karena memiliki kemiringan tertentu dan baru saja turun gerimis, air pun bisa keluar dari jalan yang berlubang.
Alhamdulillah sudah bisa menikmati udara Blongko. Saya mlah belum pernah ke sana, hanya mendengar cerita saja.
BalasHapusPemandangannya bagus lho bu. Mungkin terindah ke-2 setelah Sawahan.
BalasHapus