Foto: tribunews.com
Gunung Kelud Batuk-Batuk
Menurut berita di
televisi Gunung Kelud meletus pada Kamis, 13 Februari 2014 jam 23.00 lebih. Sekitar
jam 00.00 saat saya ke kamar mandi terdengar dentuman berulang kali. Entah dari
arah mana. Selama itu juga terdengar suara kretip-kretip. Saya tidak
memeriksa keadaan di luar. Sepertinya itu gerimis dan saya tidur kembali. Begitu
pagi menjelang, keadaan di luar tampak kelabu dan putih. Seakan melihat
televisi hitam putih. Abu menutup genteng, menempel di dedaunan dan menutupi jalan,
kurang lebih setebal 1 cm. Ternyata itu abu vulkanis Gunung Kelud yang tadi
malam melatus. Gunung di perbatasan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar, Jawa
Timur itu batuk-batuk.
Lokasi tempat saya tinggal memang cukup jauh
dengan Kelud. Lebih dari 70 km dan berada di Barat Daya dari Kelud. Dibandingkan
dengan Solo dan Yogyakarta, tempat tinggal saya yang terletak di Nganjuk bagian
utara tidak begitu parah. Angin yang membawa abu vulkanik itu utamanya mengarah
ke barat. Bahkan, beritanya sampai ke Pangandaran, Jawa Barat yang letaknya
ratusan kilometer dari Kelud. Bahkan, kata saudara saya itu di Yogyakarta
terdapat sekolah yang diliburkan pada hari itu karena abu vulkanik.
Pukul 05.30, Jumat
14 Februari 2014 masih tampak gerimis abu vulkanik dengan intensitas ringan. Jumat
pagi, 14 Februari 2014 sepertinya belum ada satu pun televisi yang menayangkan
letusan Gunung Kelud. Kecuali Metro TV di berita tertulis di bawah layar yang
menyebut Kelud meletus. Erupsinya mencapai 10 km. Muntahan materialnya mencapai
200 juta meter kubik. Abu vulkanik juga sampai ke Surabaya, kota paling utara
Pulau Jawa.
Jumat 14 Februari
2014 itu saat saya berangkat mengajar jalan tampak debu oleh abu vulkanik.
Jalan seperti berubah menjadi padang pasir. Debu halus menempel di pakaian.
Apabila disalip oleh kendaraan lain maka debu kian beterbangan. Jarak pandang
pun berkurang. Wajah pun harus ditutupi dengan sapu tangan maupun masker agar
tidak kemasukan debu vulkanis.
Di madrasah aliyah negeri tempat saya mengajar
dibagikan masker gratis untuk warga sekolah. Di kelas sebagian siswa memakai
masker. Saya pun sempat mengajar dengan menggunakan masker. Madrasah tidak
diliburkan karena dianggap masih dalam batas kondisi aman.
Selang seminggu
pasca erupsi Kelud sisa abu vulkanis masih tampak. Sepekan itu sempat turun
hujan dengan intensitas ringan maupun sedang. Abu vulkanis yang menempel di
genteng pun turun dan berwarna kehitaman karena hujan. Selama itu saat siang
hari rumah yang tidak memiliki plafon abu vulkanis yang halus dari genteng
sewaktu-waktu bisa mengguyur rumah. Khususnya saat abu vulkanis itu diterpa
oleh angin.
Selama sepekan
lebih itu pula Kelud menjadi berita khususnya di televisi dan koran. Beritanya
seputar sejarah letusan Kelud, pandangan pakar tentang Kelud, kondisi
pengungsi, bandar udara yang ditutup karena abu vulkanik, dampak pasca erupsi
sampai kunjungan presiden RI ke lokasi pengungsian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar