Pindah Salat Jumat
Hari itu, Jumat, 15 Januari 2010 merupakan hari yang bersejarah bagi warga Dusun Wates, Desa Balongrejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk. Sejak hari itu sebagian warga pindah salat jumat. Artinya, mereka jumatan di masjid yang baru, di lokasi yang baru. Sementara itu, langgar yang lama tidak lagi dipakai jumatan. Padahal, langgar itu telah lebih dari dua dekade dipakai untuk jumatan. Jarak antara langgar dan masjid yang baru itu pun sekitar 200 meter. Ke arah utara dari langgar yang lama.
Dalam kaitan ini, saya sendiri tidak tahu persis kapan langgar itu mulai dibangun. Saya sendiri lahir pada akhir tahun 1984. Begitu saya kecil, saya sudah melihat langgar itu. Namun, menurut cerita, awalnya langgar itu terletak di timur langgar yang kini tidak lagi dipakai jumatan tersebut. Jaraknya sekitar 200 meter. Mungkin karena di lokasi tersebut tidak ada imam yang mengimami salat lima waktu maka kemudian langgar dipindah ke lokasi tersebut. Di lokasi itulah langgar bersebelahan dengan rumah seorang bernama Mbah Imam yang secara istiqomah mengimami sholat lima waktu.
Umumnya, tempat ibadah bernama langgar tidak dipakai untuk jumatan. Agaknya ukuran bangunan langgar yang kecil menjadi alasan mengapa langgar tidak dipakai untuk jumatan. Maka dari itu, langgar dianggap tidak memadai untuk menampung jemaah sholat jumat yang cenderung banyak.
Namun, tidak untuk langgar di dusun tersebut. Langgar tersebut masih dapat menampung jemaah sholat jumat selama lebih dari tiga dekade. Memang, kira-kira tahun 1998 langgar itu sempat diperluas, yakni separuh dari luas semula. Perluasan itu terkait pula dengan peningkatan jemaah salat jumat. Lahan di lokasi langgar itu sendiri sudah sempit. Di sisi selatan, timur dan barat bangunan langgar itu sudah berdiri rumah warga, sedangkan sisi utara sudah merupakan jalan umum maka perluasan langgar itu sulit untuk dilakukan.
Akhirnya dicarikanlah lokasi untuk membangun masjid. Sebuah lahan di pinggir dusun, di bawah pepohonan bambu di pinggir sawah akhirnya diputuskan menjadi lokasi masjid. Lokasi di pinggir dusun itu pun menandai bahwa lokasi masjid itu kurang strategis dari jalan utama dusun. Namun, itu tidak menjadi halangan dalam pembangunan masjid tersebut. Pembangunan masjid itu sendiri dimulai kira-kira tahun 2004.
Kemudian, pembangunan masjid itu sendiri berlangsung cukup lama, yakni kurang lebih lima tahun. Rentang waktu antara 2004 sampai dengan 2010. Pendanaan menjadi kendala utama kelangsungan pembangunan masjid. Tidak ada pendonor tunggal dalam pembangunan masjid itu. Mereka yang terlibat dalam pembangunan masjid itupun merasakan betapa besarnya perjuangan dalam menyelesaikan pembangunan masjid tersebut.
Begitu masjid itu dapat dipakai untuk salat jumat, malam sebelumnya diadakan syukuran secara sederhana. Tentu saja itu sebagai bentuk rasa syukur bahwa hari itu masjid itu bisa dipakai untuk jumatan. Memang, pembangunan masjid itu belum selesai secara total, tetapi sudah cukup memadai dipakai untuk jumatan. Tentu saja bangunan masjid yang bertiang empat itu lebih besar daripada langgar tadi. Hari itu pun setiap jemaah seakan-akan mendiami rumah baru, rumah Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar