Selamat Jalan Gus...
Rabu, 30 Desember 2009, kira hampir masuk waktu isya, saat saya berada di depan monitor, sebuah stasiun televisi memberitakan tentang wafatnya K.H. Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur. Hari-hari sebelumnya, khususnya oleh tayangan televisi, Gus Dur diberitakan menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Jakarta. Akhirnya, hari itu Gus Dur pun tak sanggup melawan komplikasi penyakitnya dan berpulang ke rahmatullah.
Kemudian, keesokannya, media, khususnya televisi, seakan-akan tidak henti-hentinya memperbarui berita tentang meninggalnya mantan presiden Republik Indonesia (RI) yang ke-4 itu. Mulai dari rumah sakit tempat Gus Dur menghembuskan napas terakhir sampai di pemakaman di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Maklum, sebagai mantan presiden RI sekaligus sebagai tokoh nasional, guru bangsa, seorang kiai, budayawan dan sederet julukan bagi beliau maka jika banyak pelayat yang datang ke pemakaman maka itu tidak mengherankan.
Kamis pagi, 31 Desember 2009 saya pun berusaha mengikuti jalannya pemakaman Gus Dur lewat televisi. Saya tidak ingin melewatkan momentum tersebut. Tayangan tentang profil Gus Dur pun semakin menarik bagi saya. Waktu itu ada sebuah rekaman tayangan tentang Gus Dur saat diwawancari oleh sebuah stasiun televisi.
Siangnya, saya membaca sebuah koran nasional di perpustakaan daerah di kabupaten. Awalnya saya tidak menemukan koran hari itu. Selang beberapa lama kemudian ada seseorang yang menyodorkan koran terbaru. Berita tentang almarhum Gus Dur pun menjadi headline. Sejumlah artikel tentang sosok yang kharismatik itu pun saya baca.
Secara personal saya memang tidak pernah bertemu dengan Gus Dur secara langsung. Entah pada usia berapa saya mengenal sosok Gus Dur. Namun, kira-kira tahun 1998 Gus Dur datang ke Nganjuk. Persisnya di Desa Sekarputih, Kecamatan Bagor. Waktu itu Gus Dur berkunjung ke sebuah pondok pesantren. Saat itu saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Saya pun tidak menyangka bahwa akan ada banyak orang yang datang pada acara tersebut. Bahkan, keberadaan anggota dari perguruan silat sebagai security pun sempat membuat saya bergidik.
Entah apa yang mendorong saya untuk hadir pada acara itu. Yang jelas kala itu saya penasaran dengan sosok Gus Dur. Di lingkungan kampung halaman saya pun yang notabene pedesaan merupakan basis Nahdlatul Ulama (NU). Sebagaimana diketahui bahwa NU merupakan salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia. Dengan sendirinya, sosok Gus Dur cukup populer di kalangan masyarakat.
Kemudian, sosok Gus Dur semakin populer saat beliau menjadi presiden RI yang ke-4. Memang, dalam perjalanannya sebagai presiden, beliau dikenal sebagai sosok yang cukup kontroversial terkait dengan pandangan-pandangannya. Akhirnya, Gus Dur pun menjabat presiden tidak sampai genap lima tahun.
Akhirnya, di penghujung tahun 2009, Gus Dur telah berpulang. Selamat Jalan Gus...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar