Rabu, 08 Juni 2011

Gagal Panen

Gagal Panen

Daun tanaman padi milik Pak Tomo (60 tahun) yang berumur sekitar 65 hari itu mengering karena wereng coklat (7/06/2011). Tanaman padi di sawah milik Pak Rakidi (56 tahun) malah lebih buruk lagi. Semua daunnya mengering menjadi jerami. Hampir dapat dipastikan tanaman padi milik Pak Tomo akan seperti milik Pak Rakidi. Tanaman padi mengering dan akhirnya mati. Tinggal menunggu hitungan hari. Hama wereng coklat juga mengganas di sawah milik petani lainnya.

Dipastikan pula pada musim tanam April-Juni 2011 ini sawah di Dusun Wates, Desa Balongrejo, Kecamatan Bagor, Nganjuk, akan puso, gagal panen. Masa tanam antara April-Juni dalam sejarahnya memang tidak menguntungkan. Namun, agaknya lebih dari dua puluh tahun terakhir ini tingkat kerusakannya tidak seperti masa tanam kali ini. Benar-benar parah.

Padahal, dengan umur seperti itu padi bisa dipanen sekitar satu bulan lagi. Awal Juni 2011 ini adalah saat panen. Selama itu pula, para petani bisa rugi ratusan ribu sampai puluhan juta. Bahkan, untuk lingkup satu dusun saja seperti Dusun Wates itu, kerugian bisa mencapai 100 juta lebih. Pada panen yang lalu Pak Tomo bisa mendapatkan uang Rp 12 juta. Namun, dengan situasi sekarang, lebih buruk lagi sawah tidak menghasilkan Rp 1,- pun.

Sebelum ada wereng, tanaman padi yang kebanyakan dari varietas Bagendit itu tumbuh subur. Konon, kerusakan tanaman padi dari varietas Membramo lebih cepat dibandingkan dengan Bagendit. Para petani sangat berharap mereka dapat memanennya. Maklum, pada panen sebelumnya kuantitas padi juga merosot. Bulir padi banyak yang kosong, tetapi petani masih bisa memanen.

Namun, sudah beberapa minggu ini hama wereng menggila. Hama wereng, yakni sejenis hewan yang bisa terbang dan ukurannya kurang lebih seperti biji jambu biji itu makan tak pernah kenyang. Hewan yang berwarna hitam kecoklatan ini jumlahnya ribuan. Menempel pada daun, batang, hampir pada seluruh tanaman. Perkembangbiakannya juga cepat. Karenanya, sepanjang mata mamandang dalam waktu 24 jam bisa mengeringkan daun tanaman padi di sawah. Tanaman menjadi jerami, tetapi masih menancap di tanah.

Ada cerita yang beredar di kalangan petani. Daun tanaman padi yang kering itu jika diberikan pada sapi maka sapi bisa mati. Karenanya, tidak ada satu pun petani yang berani memberikannya pada sapinya. Petani memilih mencari rumput di pematang untuk pakan ternaknya.

Pada minggu kedua di bulan Juni 2011 ini, ada pula salah seorang petani yang telah membakar sedikit tanaman padinya di sawah. Ada juga sebagian petani yang membiarkan tanaman padinya diporakporandakan oleh wereng. Selama itu ada pula petani yang masih berusaha menyelamatkan tanaman padinya dari serbuan wereng yang ganas.

Caranya dengan menyemprotkan pestisida dengan alat semprot tangan. Seperti yang dilakukan oleh Puguh (27 tahun). Sejak masa tanam, yaitu awal April 2011 lalu Puguh telah memakai berbagai jenis merek pestisida. Sejak itu sampai sekarang Puguh telah kurang lebih empat kali menyemprot. Dalam keadaan normal Puguh menyemprot sawah milik ayahnya itu sekitar 9 tangki.

Pada minggu kedua di bulan Juni 2011 ini sawah yang diserang wereng disemprot sebanyak 4 tangki. Sebelum diserang cukup 2 tangki. Dengan volume itu Puguh berharap wereng bisa mati. Namun, sehari setelah disemprot wereng masih saja belum mati. Kalaupun mati maka masih ada telur wereng yang menggantikan wereng yang sudah mati.

Satu dua petani lainnya pun seakan kehilangan cara. Ada petani yang mencampur pestisida dengan deterjen yang biasa dipakai untuk mencuci baju. Ada pula yang mencampurnya dengan merek untuk pelembut atau pewangi pakaian. Bahkan, ada petani yang mencampurnya dengan solar ataupun oli dengan dosis tertentu. Ada juga salah seorang petani yang menyemprot tanaman padinya dengan cairan yang biasanya dipakai sebagai obat nyamuk. Deterjen, solar, maupun oli ini sebetulnya tak lazim untuk menyemprot tanaman padi.

Satu dua petani juga berusaha lewat supranatural. Ada yang meminta bantuan orang pintar. Caranya orang tersebut mengelilingi tanaman padi saat malam hari. Orang itu tidak tidur selama satu malam. Di setiap sudut petak sawah diberi batang daun pisang yang sudah kering. Beberapa petani juga memberi sesajen berupa karak atau bekas nasi yang dijemur dengan lauk balur yang sebelumnya telah diberi doa. Namun, upaya itu tak mampu menghalau wereng yang tidak punya belas kasihan.

Dampak dari kegagalan panen kali ini memang besar. Dalam jangka sekitar empat bulan ke depan keganasan hama wereng ini membuat sapi tidak bisa makan jerami. Secara umum petani bisa-bisa menunggak membayar utang dari pupuk yang dibeli dari kelompok tani. Mereka terancam tidak bisa membayar utangnya. Lagi pula, dalam keadaan tanaman subur, modal untuk pemeliharaan tanaman padi sejak awal sampai panen rata-rata 40 % dari total hasil panen. Belum lagi beban biaya untuk menanam padi selanjutnya.

Pada pertengahan minggu kedua di bulan Juni 2011 ini sedikit petani mulai memanen padinya, lebih awal. Padahal, normalnya padi baru bisa dipanen kurang dari satu bulan lagi. Dengan hasil yang sedikit itu mereka berharap hasilnya bisa dimakan. Sambil berharap masa tanam selanjutnya tidak seburuk seperti sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar