Sabtu, 21 Februari 2009

Majelis Taklim SMUDA Nganjuk

Majelis Taklim SMUDA Nganjuk

Oleh: Puguh Utomo

Majelis Taklim (MT) merupakan satu di antara sekian ekstrakurikuler yang ada di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 2 Nganjuk (SMUDA Nganjuk). Secara formal, sebagai ekstrakurikuler, kira-kira keberadaan MT telah ada di SMUDA Nganjuk sejak 1990-an. Saat itu, keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari peran siswa-siswi SMUN 2 Nganjuk khususnya yang beragama Islam. Sebagaimana diketahui bahwa agama Islam merupakan agama mayoritas yang dipeluk di sekolah yang oleh masyarakat dinilai sebagai sekolah favorit di Kabupaten Nganjuk tersebut.

Sebagai organisasi, MT pun memiliki sejumlah kelengkapan organisasi ekstrakurikuler. Misalnya, anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART); sejumlah program kerja; visi dan misi sebagai sebuah organisasi ekstrakurikuler; simbol organisasi juga telah dimiliki oleh MT; seorang pembina ekstrakurikuler yang sekaligus berstatus guru; dan pendanaan yang disokong oleh sekolah yang diambilkan dari sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).

Tulisan ini sekadar sorot balik MT dalam rentang antara tahun 2000-2003. Selama rentang tahun itu pula telah terjadi tiga kali regenerasi. Kiranya banyak dinamika yang dapat dicatat selama periode tersebut.

Dalam pada itu, pertengahan 2000 merupakan awal-awal pengenalan kehidupan sekolah. Masa merupakan kesempatan bagi sejumlah perwakilan dari seluruh ekstrakurikuler memasuki setiap kelas. Perwakilan tersebut mengenalkan profil ekstrakurikuler masing-masing. Tak terkecuali perwakilan dari MT dengan mengusung keislaman dan keorganisasian. Biasanya yang dikenalkan berupa program-program kerja yang telah maupun yang akan dilaksanakan.

Kemudian, pada hari-hari pertama masuk sekolah mulai tampak kegiatan ekstrakurikuler. Setiap siswa-siswi yang tak lain adalah kelas I yang berminat berorganisasi memilih ekstrakurikuler masing-masing. Akan tetapi, siswa-siswi yang berminat masuk ke organisasi yang ada di SMUDA tidak lebih dari 50 % dari total 360 siswa-siswi yang masuk pada 2000. Sementara itu, citra keislaman dan keorganisasian menjadi daya tarik utama bagi mereka yang berminat masuk ke MT. Apabila dihitung-hitung antara jumlah siswa dan siswi yang masuk ke MT maka ada sekitar 50 siswa (termasuk siswi). Jumlah itu tergolong besar dibandingkan dengan ekstrakurikuler yang lain. Kendatipun ada citra keislaman, itu tidak berarti semua siswa-siswi yang beragama Islam masuk ke dalam MT.

Lagi pula, di ekstrakurikuler yang lain juga bukan berarti tidak ada siswa-siswi yang beragama Islam. Di ekstrakurikuler yang lain juga ada unsur keislaman. Sekali lagi bahwa setiap ekstrakurikuler mengkonstruksi identitasnya masing-masing. Identitas itu misalnya tampak dari program kerja yang dilaksanakan setiap ekstrakurikuler. Terkait dengan itu, hampir setiap ekstrakurikuler di SMUDA Nganjuk bersifat inklusif. Demikian juga dengan MT. Itu terlihat, misalnya siswi yang masuk ke dalam MT tidak disyaratkan harus berjilbab.

Begitu hari masuk sekolah dimulai maka kegiatan-kegiatan MT yang telah diprogramkan pun mulai dijalankan. Seperti halnya ekstrakurikuler pada umumnya, hampir semua kegiatan dilaksanakan di luar jam sekolah. Kegiatan MT sendiri, misalnya kegiatan seperti kajian yang dilaksanakan setiap seminggu sekali juga dilaksanakan di luar jam pelajaran. Bahkan, kegiatan seperti kathaman Al Quran setiap sebulan sekali dilaksanakan seusai maghrib. Yang terakhir ini dikhususkan untuk siswa atau ikhwan yang menjadi anggota MT. Tentu saja anggota MT yang masih duduk di bangku kelas I juga turut terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Koordinator dari setiap kegiatan yang sekaligus program kerja MT itu dilaksanakan oleh anggota MT khususnya yang duduk di kelas II. Akan tetapi, pada waktu ini kepengurusan belum terbentuk secara formal. Selang beberapa bulan kemudian baru dikukuhkan kepengurusan baru yang dipegang oleh anggota MT kelas II, tetapi juga melibatkan anggota MT kelas I.

Adapun MT memiliki program kerja yang tergolong cukup banyak. Dua kegiatan yang disebutkan di atas hanya sedikit dari sekian program kerja. Kegiatan yang lain misalnya tafakur alam (TA), kunjungan atau anjangsana, pondok Ramadhan, muslim excat group (MEG), peringatan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, halal bil halal, dan lain sebagainya.

Ada beberapa hal yang dapat dicatat dalam beberapa pelaksanaan program kerja tersebut. Kegiatan TA pertama misalnya, kegiatan itu mirip perkemahan yang dilaksanakan selama tiga hari dua malam di kaki Gunung Wilis. Peserta maupun panitia dalam TA ini seluruhnya laki-laki. TA kedua dilaksanakan pada 2001 selama kurang lebih lima hari di kaki Gunung Kawi di Kabupaten Malang. TA kedua ini bagi anggota MT kelas I tergolong TA yang terberat sebab kondisi medan sangat ekstrim. Suhu udara di malam hari sangat dingin dan perbekalan maupun fasilitas di medan pun cukup minim.

TA kedua ini kegiatannya cenderung militeristis. Misalnya, suatu hari peserta diminta bergulung di tanah. Namun, itu tidak terlalu sering. Dan lagi, pada malam terakhir terdapat ujian mental dan ujian fisik. Misalnya, pendirian peserta diuji dengan sejumlah pertanyaan yang menyindir. Dan lagi, terkadang disertai hukuman fisik seperti jump up. Sebetulnya, prosedur militeristis tersebut tidak tertulis dalam AD maupun ART. Dalam prosedur TA pun itu tidak diatur secara tertulis. Dengan kata lain, pola-pola militeristis tersebut tidak ada petunjuk yang jelas, seolah-olah berlangsung spontanitas.

Namun, spontanitas tersebut bukan tanpa alasan. Pola-pola tersebut sebetulnya telah ada pada benak sebagian panitia sebagai senior. Konon, sebelumnya pola-pola itu telah mengakar sehingga kemungkinan besar akan menurun ke yuniornya. Seolah-olah itu merupakan komitmen bersama, tetapi sebetulnya tidak semua panitia TA berpandangan militeristis. Ketika pola-pola tersebut berlangsung, ketua panitia TA, pengurus inti MT maupun pembina MT juga tidak dapat mengendalikan pola-pola yang militeristis tersebut. Di samping itu, sebagian besar ekstrakurikuler di SMUDA Nganjuk juga mempraktikkan pola-pola yang serupa.

TA merupakan satu-satunya kegiatan yang diselenggarakan di alam bebas. Pada dasarnya TA lebih bernuansa tantangan dan petualangan. Bagi sebagian sebagian ikhwan kegiatan itu cukup menarik khususnya yang suka tantangan dan petualangan. Meskipun demikian, kegiatan berupa perkemahan (camping) dan menjelajah (hiking) tersebut bagi sebagian ikhwan yang lain mungkin sebentuk kegiatan menyengsarakan diri. Namun, kenyataannya kegiatan TA lebih banyak menyedot anggota MT daripada kegiatan lain, misalnya khataman Al Quran.

Kemudian, selang beberapa bulan kemudian anggota MT yang naik ke kelas II diamanati untuk mengurus MT. Selain proses regenerasi, pengurus yang duduk di kelas III harus memfokuskan diri pada akademis. Saat itulah dimulai suka duka pengurus baru, yakni untuk periode 2001/2002. Pengurus baru ini pilih dengan sistem tertutup. Artinya, pengurus lama yang sekarang duduk di kelas III berkewenangan memilih enam pengurus inti mulai dari ketua, wakil, sekretaris I, sekretaris II, bendahara I, dan bendahara II. Ketua, sekretaris I, dan bendahara II seluruhnya laki-laki. Sebaliknya, wakil, sekretaris II, dan bendahara II seluruhnya perempuan. Sementara itu, pengurus pada setiap bidang dimusyawarahkan sendiri oleh pengurus inti yang telah terbentuk dan disahkan.

Pemilihan pengurus dengan sistem tersebut menandai betapa tidak mudahnya mengelola organisasi ekstrakurikuler. Pemilihan pengurus inti dengan penunjukan mengesankan kesepihakan. Hasilnya, pengurus inti bisa saja menerima amanat kepengurusan dengan keterpaksaan. Selain hal itu, penunjukan itu memungkinkan pengurus yang akan mengakhiri kepengurusannya tidak betul-betul mengetahui latar belakang pengurus yang baru. Selanjutnya, karena pengurus inti atau disebut juga pengurus harian dipilih oleh anggota MT yang sebentar lagi mengakhiri kepengurusan maka turut pula memengaruhi posisi pengurus inti di mata kelas II yang nanti bersama-sama duduk dalam satu kepengurusan.

Di satu sisi, kepengurusan tersebut merupakan satu struktur. Maksudnya, baik pengurus laki-laki (ikhwan) maupun perempuan (akhwat) terstruktur dalam satu kepengurusan. Namun, di sisi yang lain, kepengurusan itu seolah terpisah antara pengurus laki-laki dan perempuan. Itu terlihat dari sejumlah kegiatan, misalnya kajian yang dilaksanakan setiap seminggu sekali. Kendatipun demikian, sebetulnya itu tidak sungguh-sungguh terpisah. Malahan, itu sebagai perwujudan keorganisasian dalam MT.

Dalam kaitan itu, dari sisi sosiologi organisasi, ada beberapa hal yang bisa dicatat. MT merupakan organisasi ekstrakurikuler berbasis keagamaan, keislaman. Meskipun berbasis keagamaan, itu bukan berarti hanya berkutat pada dimensi peribadatan semata. Ada dimensi muamalah yang juga dijalankan, misalnya MEG, yakni semacam diskusi, belajar bersama khususnya mata pelajaran eksak. Apabila MT sebagai organisasi dakwah maka langkah itu bisa dimulai dengan satu hal misalnya prestasi dalam sekolah. Entah itu diwujudkan dengan nilai dalam rapot, perilaku di sekolah, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kehidupan wiyata mandala, khususnya lingkup sekolah. Justru kedua dimensi itulah tujuan utama MT meskipun itu dijalankan oleh setiap anggota MT secara berbeda-beda.

Berkait dengan keislaman dan keorganisasian maka cakupannya akan sangat luas dan mendalam. Untuk jenjang siswa-siswi SMU, cakupan-cakupan dalam keislaman dan keorganisasian itu sendiri belum sepenuhnya disadari. Islam sebagai agama, kenyataannya oleh setiap pemeluknya dinterpretasi dengan cara yang berbeda-beda meskipun dengan pedoman yang sama. Sebutlah pedoman itu merupakan sumber Islam yang utama, yakni Al Quran dan hadis. Interpretasi tersebut misalnya berwujud dengan keberadaan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Hisbut Tahrir Indonesia (HTI), dan lain-lain yang juga berbasis pada keislaman. Demikian juga dengan keorganisasian yang setiap periode kepengurusan memiliki sistem pengelolaan keorganisasian yang berbeda-beda.

Selanjutnya, dalam kenyataan keorganisasian, anggota-anggota MT pun tak luput dari kenyataan keseharian. Misalnya, konflik internal MT maupun eksternal yang merupakan keniscayaan, dinamika yang harus dilalui oleh sebuah organisasi. Konflik itu sendiri bisa berdasar interpretasi terhadap keislaman dan bisa juga nilai-nilai lain yang dimiliki oleh individu masing-masing. Contoh mudah yang saat itu menjadi buah bibir, yakni bagaimana pandangan MT tentang pacaran.

Hal-hal seperti itu kiranya dialami oleh pengurus aktif MT, yakni pengurus 2001/2002. Bagaimanapun juga kepengurusan itu merupakan amanat yang mau tidak mau harus dilaksanakan meskipun tidak ada jaminan materi. Memang, itu pun bisa dimaknai sebagai amal saleh, tetapi justru seringkali pengurus itu sendirilah yang berkorban waktu, tenaga, biaya, serta bentuk-bentuk immateri yang lain. Dalam hal ini, pengurus sudah pasti diamanati untuk mengkoordinasi kegiatan seperti peringatan hari besar keagamaan seperti disebutkan di atas. Lebih-lebih saat itu pada 2001 sedang berlangsung pemugaran masjid maka anggota MT-lah terutama anggota laki-laki yang turut dikerahkan membantu beberapa pekerjaan dalam pemugaran tersebut.

Telah ditulis di atas bahwa keanggotaan MT cukup banyak. Namun, bukan berarti MT dapat mengikat erat-erat anggotanya meskipun telah ada AD dan ART yang pada 2001 diamandemen. Artinya, dalam berorganisasi sekaligus solidaritas internal MT sendiri sebetulnya didesain atas kesadaran dari dalam diri sendiri. Namun, solidaritas internal tersebut juga dipengaruhi oleh citra keislaman dan keorganisasian yang melekat pada MT. Dalam kaitan ini, setiap anggota tersosialisasi oleh keislaman maupun keorganisasian yang berbeda-beda sehingga memengaruhi pula sikap terhadap MT sampai seorang anggota MT menjadi alumni.

Akhirnya, secara pribadi saya mengapresiasi yang setinggi-tingginya untuk semua anggota MT khususnya pengurus MT 2001/2002. Kiranya ungkapan itu belum terlambat untuk sekadar mengenang kembali suka dan duka selama menjadi bagian dari ekstrakurikuler bernama Majelis Taklim.

Majelis Taklim, apa kabar?

Puguh Utomo

Pengurus MT 2001/2002

Alumnus Prodi Sosiologi, Universitas Jember

9 komentar:

  1. hmm...
    ntar aja guh kalo kita ketemuan, aku beri comment...!
    semangat...!
    dan Terus berkarya!

    BalasHapus
  2. Xballs, terima kasih telah menjadi pengikut di blogku.

    BalasHapus
  3. yaaaaa....jadi kangen ma smuda...sekolah kebanggaanku...kangen jg ma MT yg dulu kurasakan terlalu banyak intrik2 didalamnya...well,tp bgmnpun MT adlh wadah yg tepat utk belajar Islam...utk belajar bhw kt hrs open trhdp warna Islam yg beragam...thanks ya guh atas tulisanny...

    BalasHapus
  4. OK, thanks kembali, Bin, atas komentarnya.

    BalasHapus
  5. asslm wr wb salam kangen masih ingat kan mas sama ana! gmn kabarnya mas? sekarang di mana? ana kepengin ketemu sama teman2 MT. ayo kapan mas

    BalasHapus
  6. afwan dari wawan purnomo IPA 1 divisi kesejahteraan masjid

    BalasHapus
  7. Wss. Wawan Purnomo, aku lupa-lupa ingat denganmu. Aku di Nganjuk. Terserah kapan mau ketemu. Mungkin bisa menghubungi no hpku 085646210949

    BalasHapus
  8. iy.. kangen ni denger ceramah mlm bareng2 kro konco2 kbh, makan bareng2.. MT angkt. 2001/2002 adalah pengubah MT dari yg konvensional ke modern.. y gk pak bos..?(narcis mode:on) tp gk tau ni MT skrg kyk gmn.. kangen juga karo senyumanmu pak ketua.. meneduhkan.. >>Dodik/Sekretaris MT 01/02

    BalasHapus
  9. Hehehe...senyum yang meneduhkan...?

    BalasHapus