Selasa, 14 September 2010

Lebaran Kali Ini...

Lebaran Kali Ini...

Sabtu, 4 September 2010 menjelang 10 September 2010 atau 1 Syawal 1431 H, yakni hari Hari Raya Idul Fitri dikabarkan ayah dari seorang teman meninggal dunia. Rem sepeda angin yang ditumpangi almarhum lepas dan melilit perutnya. Kemudian almarhum sempat di-rontgen, tetapi satu jam kemudian menghembuskan napas terakhir. Kakak dari seorang teman itu rencananya akan menikah pada 12 September 2010 ini. Akhirnya, pada hari itu akad nikah pun dilaksanakan di depan jenasah.

Betapa pilunya suasana pada hari itu. Suka dalam duka. Seorang ayah yang kita cintai pergi untuk selama-lamanya saat seorang anak melangsungkan pernikahan. Sedih memang, tetapi itulah kenyataanya. Garis tangan berkata lain. Sikap tabah dan ikhlas pun menjadi jalan terbaik.

Kabar pun silih berganti. Senin, 13 September 2010 seorang teman akan melangsungkan pernikahannya. Saya mengetahui kabar bahagia itu lewat undangan yang dia kirimkan melalui facebook. Saat liburan Lebaran ini tentunya sanak saudara yang jauh dapat lebih mudah berkumpul. Apalagi Lebaran juga identik dengan berkunjung maupun berkumpul dengan sanak saudara, sahabat, maupun mitra kerja.

Saya merasa sepertinya Lebaran 1430 H baru saja dilaksanakan. Tak lama kemudian tiba Lebaran 1431 H. Lebaran kali ini pun sepertinya Lebaran kemarin. Hal yang sedikit berbeda adalah pelaksanaan tahlil yang dilaksanakan usai sholat Idul Fitri, 10 September 2010. Lebaran yang jatuh pada hari Jumat ini pun secara umum dilaksanakan secara bersama-sama. Terkecuali sejumlah kelompok keagamaan yang melaksanakan 1 Syawal pada 9 September 2010, seperti yang diberitakan oleh media.

Mungkin tulisan ini tidak begitu berbobot. Namun, terlalu sia-sia jika momentum Idul Fitri yang yang jatuh pada 10 September 2010 ini dilewatkan begitu saja tanpa sebuah tulisan. Pemublikasian tulisan ini memang terlambat sebab saya tidak setiap waktu bisa pergi ke warung internet untuk online. Akan tetapi, itu tidak menjadi halangan dan tulisan ini harus dipublikasikan.

Selain itu, suasana yang berbeda dibandingkan dengan hari-hari biasa pada Idul Fitri umumnya setiap rumah punya makanan ringan yang ditaruh di toples atau tempat lainnya. Terkadang ada yang menyuguhkan minuman ringan. Anak-anak usia SD dan usia SMP biasanya membentuk kelompok terdiri atas beberapa orang. Kelompok itu berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya, hampir satu kampung dikunjungi.

Hampir setiap orang memakai pakaian terbaiknya saat berkunjung. Terkadang ada orang yang sekadar bersalaman saja dengan tuan rumah dan langsung pamit. Namun, ada juga yang duduk sebentar sambil menikmati makanan ringan seperti kue kering, biskuit, buah pisang maupun permen. Kunjungan itu pun sebentuk penghormatan atau memelihara tali persaudaraan terhadap orang yang dikunjungi, selain kepentingan-kepentingan tertentu.

1 Syawal itu pun hampir setiap orang berbahagia. Paling tidak potret seperti itu terjadi di dusun ini. Anak kecil biasanya mendapatkan sangu atau uang yang diberikan oleh kakek-neneknya atau saudaranya. Namun, hari itu ada kebar seorang nenek kehilangan susuknya. Beliau bolak balik menyusuri jalan. Seingatnya susuknya jatuh di jalan. Kabarnya, nenak itu juga telah menghubungi seorang paranormal dusun untuk membantu agar susuknya bisa ditemukan.

Cuaca di Lebaran hari pertama pun berubah saat pukul 14.00. Mendung hitam bergelayutan di langit. Sesekali waktu petir menggelegar. Kilatan petir pun seakan-akan membelah langit di sebelah barat. Suasana pun menjadi lebih gelap. Sekitar pukul 15.00 hujan turun dengan lebat dan halilintar pun menyambar-nyambar berkali-kali. Sekitar pukul 15.30 ada satu petir yang terdengar cukup keras. Namun, volumenya sepertinya masih dapat diterima oleh gendang telinga manusia. Syukur selama hujan lebat itu listrik tidak padam.

Cuaca pada Lebaran ini memang berbeda dengan Lebaran sebelumnya. Banyak orang mengira hujan tidak akan turun di bulan September. Namun, hujan lebat selama hampir dua jam di Lebaran hari pertama itu mengingatkan orang akan musim hujan. Lebaran hari kedua pun masih turun hujan, tetapi intensitasnya tidak seperti Lebaran hari pertama. Intensitas petir pun juga tidak seperti Lebaran di hari pertama.


2 komentar:

  1. aduh jd inget kampung halaman saat lebaran tiba,
    sedih bodo tahun ki,,,,bodoan nang tanah perantauan,,
    hmm,mas thanks dah membwat tulisan yg akan selalu membuat ku teringat dgn dusun kita tercinta,,wates

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah mampir di blog saya.

    BalasHapus