Menggayakan Laporan Penelitian Metode Kualitatif
(Resensi Buku)
Oleh: Puguh Utomo
Judul buku : Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif
Penulis : Septiawan Santana K.
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Tahun terbit : 2007
Tebal : x + 226 halaman
Belakangan ini metode kualitatif semakin diminati. Itu terlihat dari skripsi, tesis, desertasi maupun penelitian khususnya dalam rumpun ilmu sosial di lingkungan akademis yang banyak menggunakan metode kualitatif. Literatur yang mengulas tentang metode kualitatif pun banyak bermunculan. Bahkan, ada buku tertentu yang mengulas tentang metode penelitian kualitatif yang dicetak berulang kali. Tidak ketinggalan banyak sumber di internet yang juga mengulas tentang metode kualitatif.
Tentu saja “menulis” dan “metode penelitian kualitatif” kiranya sudah tidak asing lagi di kalangan lingkungan akademis. Pada kurikulum di perguruan tinggi (PT) khususnya pada jenjang strata 1 (S-1) ilmu sosial, juga terdapat mata kuliah bernama metode penelitian sosial yang kualitatif, selain metode kuantitatif. Selain itu, sebagian skripsi yang ditulis oleh mahasiswa, terutama ilmu sosial juga menggunakan metode kualitatif. Oleh karena itu, buku ini sepertinya hanya untuk kalangan terbatas di lingkungan akademis.
Kemudian, sesuai dengan judulnya, Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Septiawan Santana K. ini merupakan salah satu buku yang mengulas tentang metode kualitatif. Dua kata, yaitu “menulis ilmiah” agaknya sudah membedakan buku lainnya yang sejenis yang mengulas tentang metode penelitian kualitatif. Umumnya sejumlah buku cukup berjudul “Metode Penelitian Kualitatif”. Dari dua kata itu pula dapat dibayangkan bahwa buku ini mengupas bagaimana kiat-kiat menulis ilmiah dengan metode kualitatif.
Sementara itu, kata-kata seperti “struktur naratif”, “fenomenologi”, “subjektif”, dan “mengalurkan tulisan”, sengaja ditulis secara terpencar, hampir memenuhi sampul depan. Di samping judul yang ditulis dengan ukuran lebih besar daripada kata-kata tadi juga terdapat ilustrasi yang unik. Ada karikatur foto setengah dada, kepala manusia botak yang tersenyum, sedangkan sebuah tangan dengan memegang pena tumbuh dari kepala itu. Di kulit kepala tertulis “senyum yang tulus”.
Kemudian, jika membaca pengantar di sampul belakang maka pembaca akan langsung disuguhi pernyataan tentang ciri penelitian kuantitatif dan kualitatif. Secara tidak langsung dikemukakan tentang penelitian kuantitatif dengan pernyataan “cara menalar dan menulis riset mesti seperti mesin kalkulator, penuh hitungan”. Di paragraf selanjutnya ditulis “banyak orang merasa enjoy membaca tulisan ilmiah kualitatif.” Kelebihan metode kualitatif pun dimunculkan. Namun, buku dengan sampul dominan warna hitam ini tidak mempertentangkan dua metode tersebut.
Kesan pertama itu pula yang menarik bagi pembaca, terutama mereka yang pecinta metode kualitatif. Apalagi buku ini diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia (YOI). Untuk diketahui pula bahwa YOI telah memiliki nama dalam menerbitkan buku, khususnya buku-buku sosial. Banyak buku berjenis sosial yang bermutu yang diterbitkan oleh YOI. Selain itu, penulisnya Septiawan Santana K. juga telah dikenal lewat sejumlah buku yang ditulisnya seperti Menulis Itu Ibarat Ngomong (2007).
Kemudian, buku yang terdiri atas lima bab ini diawali dengan bab pendahuluan di bab I. Mengenali pembaca dan menangkap topik merupakan dua subbab di bab I. Dari subbab tersebut dapat diketahui bahwa buku ini semakin menegaskan tentang kiat-kiat menulis ilmiah jika menggunakan metode kualitatif. Sekali lagi, kata “ilmiah” agaknya membuat suatu tulisan ilmiah perlu penggayaan tersendiri. Lebih lanjut, ibarat hasil penelitian metode kualitatif sebagai makanan maka penggayaan itu bertujuan agar hasil penelitiannya terasa lezat.
Dalam kaitan itu, pada hakikatnya hasil penelitian ilmiah juga merupakan produk. Tak terkecuali hasil penelitian ilmiah dengan metode kualitatif juga merupakan produk atau tepatnya karya dalam bentuk tulis. Sekadar perbandingan, tulisan jurnalistik, yakni media cetak, juga merupakan produk. Satu kritik terhadap metode penelitian kualitatif adalah mirip tulisan jurnalistik, yaitu media cetak. Namun, di halaman di halaman 6 dengan mengutip pendapat Creswell agaknya dapat membedakan antara hasil tulisan jurnalistik dengan tulisan ilmiah. Jadi, keduanya sama-sama merupakan produk, tetapi dengan produk keluaran yang bisa berbeda.
Meskipun demikian, juga perlu dikatakan bahwa batas antara hasil dua hal tersebut terkadang kabur. Keduanya, baik produk jurnalistik maupun produk penelitian ilmiah metode kualitatif sama-sama mempublikasikan sesuatu lewat media tulisan yang umumnya ditambahi dengan foto atau gambar. Bahkan, dengan mengutip pendapat Dr. Ichiji Honda “Penulis ilmiah pada hakekatnya adalah seorang wartawan....” (hlm. 216).
Buku ini tidak memaparkan pengalaman penulisnya dalam meneliti dengan metode kualitatif. Dalam kaitan itu, penulisnya mengutip secara langsung sejumlah hasil penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Contoh-contoh kutipan yang diberikan menunjukkan bahwa metode kualitatif dapat bermakna luas. Bahkan, mereka yang menggeluti ilmu sosiologi maupun antropologi yang lekat dengan metode penelitian kualitatif, barangkali akan membaca perspektif lain atas hasil penelitian dengan pemakaian metode kualitatif.
Selanjutnya, pada bab II dipaparkan hal-hal dasar seputar metode kualitatif. Dimulai dengan pembedaan antara fakta dan fiksi yang dalam tulisan ilmiah metode penelitian kualitatif itu bisa melebur. Kategori fiksi tersebut misalnya novel maupun cerita pendek. Peleburan itu menandai pula era posmodernisme dengan sifatnya yang membongkar juga sedikit diulas di halaman 30-31. Pada halaman tersebut dikatakan pula bahwa metode penelitian kualitatif itu subjektif.
Tentu saja subjektifitas di sini bukan berarti kebohongan. Bagaimanapun juga seorang peneliti maupun penulis perlu memegang prinsip kejujuran. Itu berkaitan pula dengan etika profesi seorang peneliti sekaligus seorang penulis. Terkait dengan itu, subjektifitas di sini dapat dimaknai sebagai ungkapan dalam bentuk tulisan, seorang penulis atau peneliti saat menuliskan laporan penelitian kualitatif sesuai dengan etika yang berlaku. Dan, kemampuan mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan inilah satu hal mutlak yang perlu dimiliki oleh peneliti metode kualitatif.
Adapun di bab III metode penelitian kualitatif ini sendiri masih dipilah-pilah lagi ke dalam beberapa metode. Misalnya, metode fenomenologi, metode studi kasus, dan dan metode grounded theory. Pada dasarnya metode-metode tersebut dalam praktik penelitian bisa tumpang tindih satu sama lain. Itu pun tak dapat dilepaskan posisi metode kualitatif sebagai alat. Dalam hal ini, seperti halnya alat maka suatu alat perlu menyesuaikan dengan sasaran penelitian.
Masih pada bab III, lalu diteruskan dengan pedoman dalam menuliskan laporan penelitian ilmiah dengan metode kualitatif. Penulisan laporan, terutama di bab hasil dan pembahasan, di analisis data pada penelitian kualitatif dikenal tidak ada aturan yang baku. Kendatipun demikian, perlu ada alur logika saat menganalisis data pada penelitian kualitatif. Jadi, memang tidak asal-asalan dalam menyajikan hasil penelitian dengan menggunakan metode kualitatif.
Sebelum pada bab V, pada bab IV dijelaskan tentang mengalurkan tulisan. Bab ini masih berhubungan dengan bab III tentang menggayakan laporan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik mengalurkan tulisan di sini mengikuti teknik standar sebagaimana dikenal dalam pengembangan paragraf, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, maupun perpaduan dari semua teknik tersebut.
Bab V yang bab penutup, lalu dilanjutkan dengan ulasan mengenai bahasa dalam penulisan laporan dengan metode kualitatif. Pada bab ini diutarakan bahwa menulis merupakan aktifitas dan proses kreatif yang perlu diasah secara terus-menerus. Banyak cara untuk mengasah kemampuan menulis ilmiah dengan metode kualitatif, antara lain dengan terlibat dalam kelompok penulisan, khususnya penulisan dengan metode tersebut. Demikian juga dengan bahasa laporan penelitian metode kualitatif agar bernilai informatif dan tidak asing di hadapan pembacanya.
Biarpun demikian, ada beberapa catatan untuk buku ini, di balik kelebihannya. Buku ini misalnya, banyak memakai kutipan maupun contoh hasil penelitian metode kualitatif dari penulis luar negeri. Memang, itu sah-sah saja. Namun, terkadang kutipan tersebut sepertinya asing di hadapan pembaca di Indonesia. Sungguhpun demikian, buku ini layak dijadikan referensi dalam khasanah penelitian dengan metode kualitatif.
Puguh Utomo
Alumnus Prodi Sosiologi
FISIP, Universitas Jember